Penjelasan mengenai shalawat diatas menurut Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ra’ah yakni:
a. Majla Ar Rububiyyah (pantulan/biasan dari Sifat Allah sebagai Rabb), dimana Ar Rububiyyah adalah merupakan Sifat Allah sebagai Dzat yang Memiliki dan menjaga serta melestarikan, yang dengan Sifat inilah Allah memberikan pertolongan dan penjagaan, sebagaimana syekh Yusri mengatakan bahwa “وَالرِّعَايَةَ الرُّبُوْبِيَّةُ تَقْتَضِي َالْعِنَايَةَ” yang artinya “ Sifat Ar Rububiyyah memberikan pertolongan dan penjagaan”.
Baginda Nabi SAW adalah merupakan makhluk Allah yang telah dijadikan sebagai wujud nyata dari sifat ini, yaitu dengan dijadikannya sebagai rahmat seluruh alam sebagaimana dalam firman Allah “Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya: 107).
Yang dimaksud dengan kata “’alam” di dalam bahasa Arab adalah segala sesuatu selain dari pada Allah Ta’ala, sehingga rahmat baginda Nabi ini meliputi seluruh makhluk Allah Ta’ala, termasuk para Malaikat, arsy, kursi, bahkan iblis sekalipun mendapatkan limpahan rahmat baginda Nabi SAW.
b. Muftatah An Nubuwwah (Pembuka pintu kenabian), dimana baginda Nabi SAW adalah merupakan Nabi pertama di alam ruh, dengan dalil firman Allah “وَإِنَّكَ لَتُلَقَّى الْقُرْءَانَ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ عَلِيمٍ ” yang artinya “ Dan sesungguhnya engkau menerima Al Qur’an dari Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui “(QS. An Naml:6).
Pada ayat ini disebutkan bahwa baginda Nabi SAW menerima wahyu langsung dari Allah Ta’ala tanpa melalui perantara Malaikat Jibril AS, dan bentuk khitab (lawan berbicara) yang dimaksud adalah baginda Nabi SAW ketika masih berada di alam ruh, belum menjadi seorang Muhammad bin Abdullah.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid