Maka dari itulah, ketika Malaikat Jibril menyampaikan wahyu Al Qur’an kepadanya, terkadang baginda Nabi SAW mendahuluinya, karena memang wahyu ini pernah baginda terima langsung dari Allah Ta’ala, sedangkan sifat manusia adalah lupa.
Baginda Nabi khawatir lupa akan Al Qur’an yang pernah diteriminya, sehingga Allahpun mengingatkannya “وَلا تَعْجَلْ بِالْقُرْءَانِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا ” yang artinya “ Dan janganlah engkau mendahului (dalam membaca) Al Qur’an sebelum diputuskan untuk diwahyukan kepadamu, dan katakanlah : ya Allah tambahkanlah ilmu kepadaku”(QS. Thaha: 114). Dan juga dalam firmanNya “لا تحرك به لسانك لتعجل به * إن علينا جمعه وقرآنه ”yang artinya “ janganlah engkau gerakkan lisanmu agar kamu mendahului dengannya (Jibril AS dalam membacanya)* sesungguhnya Kamilah yang (menjamin) menjaganya (di dalam hatimu) dan pembacaannya “(QS. Al Qiyamah:16/17).
c. Tajalli Al Uluhiyyah Al A’dzam (pantulan/ biasan Ketuhanan yang paling Agung), dimana baginda Nabi SAW adalah makhluk yang sempurna yang telah mencerminkan Sifat-sifat ketuhanan, berta’alluq (bersandar dan bergantung), bertakhalluq (berakhlakkan), dan bertahaqquq (menyatakan dan memahami hakikat) dari pada Asma dan Sifat Allah Ta’ala.
Al Uluhiyyah adalah merupakan Sifat Allah untuk memberikan petunjuk kepada hambaNya, sebagaimana syekh Yusri mengatakan “ الأُلُوْهِيَّةُ تَقْتَضِى الهِدَايَةَ” yang artinya “Sifat Uluhiyyah memberikan petunjuk”. Baginda Nabi adalah merupakan pantulan petunjuk Allah yang paling agung, sebagai Nabi yang paling banyak pengikutnya dan dua pertiga ahli sorga adalah dari umatnya.
d. Shahib al khuluq al ‘adzim wa an nahji al qawim wa shirat al mustaqim (pemiliki akhlak yang agung, jalan yang tegak dan lurus), dimana Allah telah memujinya dalam firmanNya “وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ ” yang artinya “ Dan sesungguhnya engkau berakhlakkan dengan akhlak yang agung “(QS. Al Qalam:4).
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid