Baginda Nabi tidak pernah memberikan kekecewaan kepada hati seseorang, sekalipun kepada orang yang tidak beradab kepadanya.

Sebagaimana dikisahkan, bahwa pada suatu hari baginda Nabi SAW sedang berjalan dan mengenakan syal di lehernya, tiba-tiba datang seorang dari badui dan langsung menariknya, hingga memberikan bekas pada leher Nabi yang mulia, lalu ia berkata:

“يَا مُحَمَّدُ مُرْ لِى مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِى عِنْدَكَ فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ ضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ”

Artinya: “Wahai Muhammad, berikanlah kepada saya dari harta Allah yang ada padamu, kemudian baginda Nabi menoleh kepadanya dan tertawa, kemudian memerintahkan (sahabat) untuk memberinya “(HR. Bukhari).

Sebagaimana kita tahu, bahwa Abdurrahman adalah orang kaya yang tidak butuh sehingga meminta dari baginda Nabi. Akan tetapi, hal yang menjadikan dirinya meminta syal itu adalah semata-mata karena ingin mengambil keberkahan dari pakaian yang sudah pernah menempel dengan kulit mulia baginda Nabi SAW.

Sebagaimana dalam hadits dia berkata “وَاللَّهِ مَا سَأَلْتُهَا إِلاَّ لِتَكُونَ كَفَنِى يَوْمَ أَمُوتُ ” yang artinya “ Demi Allah, tidaklah saya memintanya melainkan agar syal ini menjadi kain kafanku ketika meninggal nanti “(HR. Bukhari). Wallahu A’lam.

Laporan: Abdullah Alyusriy

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid