Yang ketiga adalah ayat yang tersbut diatas, yaitu ujian Allah untuk umatnya, yang dimana jikalau isra’ mi’raj ini hanya dalam mimpi atau dengan ruh saja, maka orang-orang tidak akan mengingkarinya. Adapun yang keempat adalah الرؤيا الصادقة yaitu mimpi baginda Nabi yang menjadi kenyataan, sebagaimana telah diriwayatkan oleh sayyidah Aisyah RA:
“فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ”
Artinya: “Maka tidaklah baginda Nabi melihat mimpi, kecuali datang seperti sinar pagi (jelas, menjadi kenyataan)”(HR. Bukhari).
Maka apa yang baginda Nabi lihat dari isra’ mi’raj dalam mimpinya, Allah jadikan kenyataan. Semua ini sebagai penguat hati Nabi, karena Nabi sudah melihatnya terlebih dahulu. Sehingga Maha Benar Allah dalam firmanNya
“مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى ”
Artinya: “Tidaklah salah pengelihatan Nabi dan tidak dzalim (apa yang Nabi lihat adalah Hak) “(QS. An Najm: 17). Wallahu A’lam
Laporan: Abdullah AlYusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid