Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano
Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala menjelaskan, bahwa baginda Nabi telah bermimpi isra’ dan mi’raj sebelum terjadi dalam dunia nyata. Hal ini sebagai tamhid (pendahuluan), agar baginda Nabi tidak dikagetkan dengan sesuatu yang diluar tabiat manusia.

Sudah menjadi sunnatullah (hukum Allah) terhadap para Nabi dan Rasulnya, Allah memberikan kepada mereka perkara-perkara yang diluar kebiasaan(irhashat) sebelum diutus, sehingga mereka terbiasa dengan hal tersebut dan tahu bahwa Allah telah memberikan keistimewaan untuk dirinya.

Sebagaimana baginda Nabi ketika kecil didatangi oleh dua orang malaikat kemudian membelah dada dan mengeluarkan hatinya, awan selalu melindunginya dari terik matahari, bebatuan memberikan salam kepadanya dan banyak hal lainnya.

Allah telah berfirman:

“وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلا فِتْنَةً لِلنَّاسِ”

Artinya: “Dan tidaklah kami jadikan mimpi yang telah kami perlihatkan kepadamu melainkan sebagai ujian bagi manusia“(QS. Al Isra’: 60).

Ujian yang dimaksud adalah Allah mewujudkan apa yang baginda Nabi lihat dalam mimpinya tentang isra dan mi’raj menjadi sebuah kenyataan, yaitu dengan jasad dan ruh.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid