Jakarta, Aktual.com – Dalam pengajian di Masjid Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Syekh Yusri Rusdi mengatakan bahwa ahli tasawuf merupakan suatu komunitas muslimin yang memperhatikan urusan bathiniah syariat islam yang mulia, menjalani metoda suluk dan memeliharanya sesuai hukum-hukum syara agar sampai pada realisasi Ihsan yang disabdakan oleh Nabi SAW :

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنّكَ تَرَاهُ , فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهٌ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”(HR:Muslim)

Syekh menambahkan sebagaimana diantara kaum muslimin pun ada yang perhatiannya dominan pada praktek lahiriah, shalatnya bagus, puasanya rajin dan fasih dalam membaca Al Quran akan tetapi ucapannya sungguh buruk, suka menjelek-jelekan muslim lain dan berani memakan harta anak-anak yatim .

Dikatakan Syekh Yusri ketika kesibukan mereka dalam menjalankan ibadah lahiriah tidak berpengaruh signifikan pada perubahan jiwanya kearah yang lebih baik, sifat iri dengki dan pendendam tetap melekat pada hatinya yang penuh dengan ambisi duniawi dan angan-angan yang panjang.

Adapun mereka kaum sufi adalah orang-orang yang ingin selalu mencuci hatinya, membersihkan dari kotoran dosa bathin sebagaimana mereka menjauhkan diri dari dosa-dosa lahiriah sampai benar-benar menjadi pribadi yang mukmin, muslim dan muhsin serta selalu memelihara ketiga maqam tersebut dan menjaga diri mereka dari fitnah zaman.

Apabila ada seseorang yang mengaku dirinya ahli tasawuf akan tetapi lahiriahnya bertolak belakang dengan tuntunan syariat, maka dia adalah orang bodoh yang tidak boleh di ikuti. Begitu pula sebaliknya jika ada seseorang yang rajin beribadah secara lahiriah namun sikap bathin dan karakternya bertentangan dengan syara, maka dia ada dalam bahaya yang besar dan berpotensi untuk suul khotimah di akhir hayatnya.

Husnul khotimah dapat diraih hanya dengan cara beribadah kepada Allah SWT secara lahir dan bathin disertai perasaan selalu diawasi oleh Allah, kecintaan terhadap Rasul-Nya, menyayangi sesama muslim, membuang sifat ujub dan perasaan diri lebih baik dari orang lain, bersifat tawadlu, pengasih, bersikap toleran kepada orang yang menzhaliminya, tidak ada jiwa permusuhan dalam hatinya, dan puncak kesenangannya ia dapatkan dalam shalat dan dzikrullah.

Lebih jauh Syekh Yusri memaparkan tidak dapat dipungkikiri bahwa ada saja bahkan banyak orang yang mengaku-ngaku ahli tasawuf akan tetapi tidak disertai ilmu dan pelaksanaan yang sesuai dengan ajaran tasawuf, sehingga dengan munculnya orang-orang semacam itu, sebagian orang diluar sana memandang buruk ajaran tasawuf.

Karenanya janganlah engkau menilai konsep tasawuf dari fenomena kecerobohan orang-orang yang mengaku-ngaku diri mereka sebagai ahli tasawuf, tapi lihat dan pelajarilah dengan seksama konsep tasawuf secara subtansial.

Sebab jika engkau menyalahkan ajaran tasawuf hanya gara-gara kesalahan sebagian pengikutnya, maka engkau jelas-jelas telah berbuat zalim pada ajaran tersebut.

Ketahuilah bahwa tasawuf adalah intisari agama dan subtansi agama adalah muamalah (berinteraksi) dengan Allah SWT dan muamalah dengan manusia yang mana kedua-duanya harus sejalan dengan yang Allah perintahkan dan berdasar pada kecintaan atas Nabi SAW sehingga kecintaanmu pada Rasulullah SAW benar-benar membuatmu fana merasa selalu bersamanya setiap waktu, sebagaimana dawuhan Allah SWT:

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah..” (QS:Al Hujurat/49 ayat 7)

Makna umum dari ayat tersebut, hendaklah kamu merasakan kehadirannya di setiap waktu dan tidak kehilangan darinya sekejap pun, jika engkau dapat merealisasikan hal tersebut (dengan membaca shalawat setiap saat) dan sadar bahwa beliau SAW ada bersamamu selalu, maka bukan suatu masalah jika engkau diperkenankan bermimpi untuk bertemu dengannya atau tidak, sebab hakikatnya Rasulullah SAW selalu bersamamu setiap saat hatimu bershalawat kepadanya .

Dan manisnya iman hanya akan dirasakan oleh orang-orang yang beribadah kepada Allah SWT secara lahir dan bathin.(Deden Sajidin)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid