“إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ”

Artinya: “Sesungguhnya inilah ujian sebenar-benarnya yang sangat berat”(QS. As Shaffat: 106).

Syekh Yusri dalam khutbahnya menambahkan, bahwa Allah menghendaki agar hati Nabi Ibrahim tidak dipenuhi dengan selain Allah, sehingga Allah menyuruhnya untuk membuang sesuatu yang paling berharga dalam hatinya, yaitu sang buah hatinya. Bukan sembarang buah hati, akan tetapi seorang anak yang shalih yang merupakan seorang Nabi.

Allah sangatlah cemburu terhadap hati seorang mukmin ketika lebih cinta terhadap dunia dari pada Sang Penciptanya. Sehingga pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Ibrahim AS ini adalah kita harus menyembelih dunia yang ada pada hati kita, yaitu segala sesuatu yang menjadikan kita lalai atau menyibukkan diri kita dari beribadah kepada Allah Ta’ala. Membuang jauh-jauh hal yang membuat keruh atas kemurnian cinta kita kepada Allah Ta’ala.

Ketika Allah sudah memenuhi hati seorang hamba, maka Allah akan memberikan anugerah yang sangat besar padanya, sebagaimana Allah menganugerahkan seorang Nabi Ishak AS kepada Nabi Ibrahim AS setelah lulus menghadapi ujian dalam menyembelih Nabi Ismail AS. Hal ini telah disebutkan dalam firman Allah:

“وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ”

Artinya: “Dan kemudian Kami berikan kabar gembira kepada Ibrahim dengan Ishaq sebagai seorang Nabi dari orang-orang yang shalih “(QS. As Shaffat: 112).

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid