Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman (kanan) bersama Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi saat memberikan keterangan media. Foto: Humas Kementan
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman (kanan) bersama Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi saat memberikan keterangan media. Foto: Humas Kementan

Jakarta, Aktual.com – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi mengatakan pembangunan pertanian nasional tengah menghadapi tantangan yang kian kompleks akibat dampak perubahan iklim el nino, konflik geopolitik, dan dinamika ekonomi global.

Oleh sebab itu, Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Pertanian Nasional (Musrenbangtannas) tahun 2024 menjadi momentum untuk membangun komitmen bersama antara pemerintah pusat, daerah, dan stakeholder lainnya dalam menghadapi berbagai tantangan di sektor pertanian ke depan.

“Musrenbangtannas 2024 ini untuk membangun komitmen bersama sekaligus memusyawarahkan langkah-langkah strategis ke depan menghadapi beragam tantangan sektor pertanian, seperti perubahan iklim, ketegangan geopolitik internasional, dan dinamika ekonomi global,” kata Wamentan usai menghadiri Musrenbangtannas 2024 di auditorium kantor pusat Kementerian Pertanian RI, Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Adapun tema Musrenbangtannas 2024 untuk perencanaan tahun 2025 ialah Akselerasi Pembangunan Pertanian Menghadapi Dampak Perubahan Iklim dan Krisis Pangan Global.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman dan Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi (kedua dari kanan) saat menghadiri pembukaan Musrenbangtannas 2024 di auditorium Kementerian Pertanian RI, Jakarta. Foto: Humas Kementan
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman dan Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi (kedua dari kanan) saat menghadiri pembukaan Musrenbangtannas 2024 di auditorium Kementerian Pertanian RI, Jakarta. Foto: Humas Kementan

Berdasarkan proyeksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau tahun 2024 akan berlangsung mulai Juni hingga September, dengan puncaknya pada bulan Agustus.

Wamentan Harvick menyampaikan langkah-langkah antisipatif telah dipersiapkan oleh Kementerian Pertanian, sebagaimana arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yaitu dengan meningkatkan program-program strategis.

“Seperti yang disampaikan oleh Pak Menteri tadi, beberapa inisiatif yang disiapkan antara lain peningkatan infrastruktur pompa untuk pengairan lahan sawah tadah hujan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, optimalisasi penggunaan lahan rawa, serta peningkatan kapasitas dan manajemen waduk/bendungan,” ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan luas tanam padi selama periode Oktober 2023 – April 2024 sebesar 6,55 juta hektare, mengalami penurunan 3,83 juta hektare atau 36% dibandingkan rata-rata periode yang sama tahun 2015-2019 sebesar 10,39 juta hektare. Penurunan luas tanam ini mempengaruhi luas panen padi dan berdampak pada penurunan produksi padi nasional.

Sementara itu, pada tahun 2025, dalam mendukung pencapaian Indonesia Emas (IE) 2045, Kementan akan fokus pada empat program utama: Ketersediaan, Akses, dan Konsumsi Pangan Berkualitas; Nilai Tambah dan Daya Saing Industri; Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; dan Dukungan Manajemen.

Target produksi komoditas pertanian pada tahun 2025 meliputi: padi sebesar 56,05 juta ton GKG, jagung 16,68 juta ton, kedelai 334 ribu ton, cabai 3,08 juta ton, bawang merah 1,99 juta ton, kopi 772 ribu ton, kakao 641 ribu ton, tebu 36 juta ton, kelapa 2,88 juta ton, daging sapi/kerbau 405,44 ribu ton, dan daging ayam 4,0 juta ton.

Artikel ini ditulis oleh:

A. Hilmi