Jakarta, Aktual.co — Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani mengatakan Pemerintah Indonesia perlu memperbaiki sistem pangan rakyat dengan meningkatkan “supply side” untuk menekan inflasi dengan mengontrol komponen,

“Inflasi di Indonesia itu sesungguhnya 65 persen karena pangan. Jadi, kalau menyelesaikan masalah pangan, selesailah inflasi itu, itu dipengaruhi faktor pada ‘supply side’ (sisi penawaran), bukan ‘demand side’ (sisi permintaan),” katanya dalam diskusi Kinerja Industri Keuangan Indonesia: Review 2014 dan Prediksi 2015 di Jakarta, Selasa (18/11).

Ia menyebutkan sebanyak 25 persen dari inflasi lebih disebabkan oleh impor beras, kemudian disusul komponen makanan dan minuman lainnya serta rokok sebanyak 40 persen.

“Jadi, kalau satu urusan beras beres, kita bisa mengurangi 25 persen dari inflasi itu,” katanya.

Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) itu memberikan contoh 99 persen gandum diimpor untuk membuat mi yang sudah menjadi makanan pokok Indonesia selain beras. Kemudian, sebanyak 70 persen kedelai diimpor untuk membuat tahu dan tempe yang menjadi makanan rakyat.

“Jadi, kalau kita mau mengatakan kapan inflasi berhenti, apabila pemerintah bisa mengontrol daripada komponen beras dan makanan dan minuman tadi, baru kita bisa menekan inflasi,” katanya.

Ia mengatakan bahwa pemerintah perlu memperkuat “supply side” sehingga dapat mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri untuk menghindari banyaknya komoditas impor.

“Pemerintah harus lebih fokus bagaimana meningkatkan ‘supply side’, bukan masalahnya ‘demand side’, kalau ‘demand side’ itu adalah permintaannya naik terus sedangkan ‘supply’-nya sedikit dan tidak mendukung, maka inflasi tetap terjadi,” katanya.

Untuk itu, katanya, pemerintah harus memikirkan upaya-upaya untuk mengontrol sistem pangan rakyat agar dapat menekan laju inflasi.

“Jadi, sistem pangan ini yang harus diperbaiki, jangan cuma bilang stabilitas harga, tetapi tidak ada perlakuan untuk menstabilkannya, kalau pangan bisa dikompensasi inflasi, kita baru bisa ditekan,” tuturnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka