“Ketika moderasi Islam mulai dilupakan, ketika tidak lagi menjadikan washatiyatul Islam sebagai poros pemikirannya, maka mulailah terasa kegelisahan di tengah-tengah kita,” ungkapnya.

Gubernur yang juga Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, menyatakan bahwa seluruh anak bangsa hendaknya mengambil pelajaran dari apa yang terjadi di sebagai negara Islam akhir-akhir ini.

Yaitu, hilangnya pemikiran Islam moderat, yang di satu sisi tumbuh subur pemikiran ekstrim, menyebabkan negara negara, seperti Suriah, Irak, dilanda peperangan yang berkepanjangan.

“Apa akibat dari itu semua, yaitu hancur peradaban peradaban yang telah dibangun dengan fondasi yang kokoh,” jelas TGB.

Karena itu, Gubernur NTB dua periode ini mengajak seluruh umat, bahkan seluruh elemen bangsa, untuk menjadikan moderasi Islam ini sebagai perekat persatuan, di tengah keberagaman yang berkembang di Indonesia.

“Mari kita rapatkan barisan, mari kita kokohkan persaudaraan. Rasanya yang mampu merekatkan itu semua adalah pemikiran washatiyatul Islam,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid