Jakarta, Aktual.com – Setelah dua kota di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom, negara tersebut pun menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.
Kekalahan tersebut juga berdampak pada pendudukan Jepang di Indonesia. Pada 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan.
Namun, setelah hari itu, bukan berarti Indonesia benar-benar bebas dari penjajahan, karena Jepang menyerahkan Indonesia kembali kepada Belanda dan sekutu.
Walaupun pendudukan Jepang telah usai, namun tidak semua tentara Negeri Matahari Terbit itu pulang ke negara asalnya.
Sejarawan dari Universitas Diponogoro Bonnie Triyawan, menyebutkan sekitar 2.000 serdadu Jepang memilih untuk tinggal di Indonesia dan ikut berperang bersama rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
“Memang kebanyakan dari mereka memilih tinggal di Indonesia karena perempuan, mereka telah menikah dengan warga lokal atau mereka mempunyai pacar di sini,” kata dia, dalam diskusi dan pemutaran film Merdeka 17805 di Jakarta, Rabu (9/9).
Setidaknya ada tiga nama besar tentara Jepang yang ikut membantu Indonesia meraih kemerdekaannya, yaitu Tomegoro Yoshizumi, Sighetada Nishijima, dan Rahmat Shigeru Ono.
Yoshizumi dan Nishijima lah yang mempengaruhi Laksamana Maeda untuk menggunakan tempatnya untuk menyusun naskah proklamasi oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo ditambah Mohamad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik selaku juru ketik.
Menurut MF Mukhti dalam tulisannya di Historia.id dengan judul “Tomegoro Yoshizumi, Intel Negeri Sakura”, Soekarno selaku presiden pertama Indonesia menghormati dua tentara Jepang, yakni Ichiki Tatsuo dan Tomegoro Yoshizumi karena ikut berjuang demi Indonesia.
Bahkan, Tomegoro Yoshizumi dan temannya Nishijima ingin menjadi orang Indonesia, sehingga Tan Malaka memberi nama Indonesia “Hakim” untuk Nishijima dan “Arif” untuk Yoshizumi.
Tomegoro Yoshizumi gugur pada 10 Agustus 1948 di Blitar, Jawa Timur saat bergerilya. Makamnya saat ini dapat dijumpai di Taman Makam Pahlawan Blitar, Jawa Timur.
Rahmat Shigeru Ono juga bertahan di Indonesia hingga mengembuskan napas terakhirnya pada 25 Agustus 2014.
Artikel ini ditulis oleh: