Sleman, Aktual.com – Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), menambah jumlah “camera trap” atau kamera jebakan untuk memaksimalkan pengawasan satwa yang ada di kawasan hutan lereng Merapi.

“Sebelumnya kami hanya memasang empat kamera jebakan. Tahun ini ditambah menjadi enam unit, tersebar di seluruh resor,” kata Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Dhany Suryawan, Kamis (17/9).

Menurut dia, masing-masing resor dipasang satu unit camera trap, kecuali Srumbung dan Dukun di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang menggunakan fasilitas tersebut secara bersama-sama.

“Idealnya untuk satu resor dipasang satu kamera trap. Tapi sampai saat ini baru ada enam unit,” katanya.

Ia mengatakan, untuk wilayah Kabupaten Sleman, kamera jebakan dipasang di hutan resor Pakem-Turi dan Cangkringan. Sedangkan Boyolali, Jawa Tengah di daerah Musuk Cepogo dan Selo.

“Selain itu kamera trap juga ditempatkan di hutan yang masuk wilayah resor Kemalang Klaten, Jawa Tengah,” katanya.

Dhany mengatakan, berbeda dengan tahun kemarin, dimana pemasangan kamera selalu berpindah-pindah, tahun ini pemantauan melalui kamera trap relatif tetap di satu titik.

“Kalau pun nanti dipindah, jaraknya tidak terlalu jauh dari semula. Hutan yang bisa dipasangi kamera trap ini selain pepohonannya lebat, juga terdapat banyak jejak satwa,” katanya.

Ia mengatakan, hasil pemantauan lewat kamera, sejauh ini belum menemukan adanya keberadaan macan tutul yang tertangkap kamera trap.

“Namun ada informasi mengenai satwa mangsa seperti kijang dan beberapa jenis burung,” katanya.

Pemasangan kamera trap ini, kata dia, hanya salah satu cara untuk mendeteksi macan tutul.

“Masih ada metode lain seperti survei wilayah dan jelajah secara manual,” katanya.

Ia mengatakan, dari pantauan langsung petugas di lapangan selama beberapa tahun terakhir, memang didapati beberapa tanda keberadaan macan. Semisal kotoran, bekas cakaran di pohon, dan jejak kaki.

“Berdasar keterangan warga, ada beberapa yang mengaku pernah melihat dan mendengar suara macan. Tanda tersebut pernah ditemukan di wilayah Pakem-Turi, Musuk-Cepogo, Srumbung, dan Dukuh,” katanya.

Namun belum pernah ada laporan macan menyerang manusia. Informasi yang diterima, serangan hanya terjadi terhadap ternak milik warga.

“Masyarakat tidak perlu terlalu khawatir karena biasanya macan akan menghindar jika bertemu manusia. Pemantauan ini pun lebih ditekankan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan ekosistem hutan karena macan menjadi salah satu indikatornya,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: