Karyawan memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9/2018). Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah menjadi Rp14.940 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Indonesia punya sejarah pahit mengenai krisis moneter, yaitu yang terjadi 20 tahun silam, tepatnya pada 1998. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Tony Prasetyantono menilai, melemahnya rupiah terhadap dolar AS dalam tiga hingga empat bulan terakhir disebabkan kombinasi faktor global dan masalah domestik.

“Jadi rupiah melemah karena kombinasi menguatnya Amerika Serikat dan memang harus diakui ada beberapa kuda-kuda ekonomi kita lemah,” katanya di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (27/10).

Menurut Tony, menguatnya perekonomian AS memengaruhi mata uang hampir di seluruh negara di dunia. Nilai tukar di banyak negara, termasuk Indonesia mengalami pelemahan seiring semakin menguatnya dolar AS. Nilai tukar rupiah sendiri mengalami depresiasi hingga 12 persen, yang juga dipengaruhi oleh krisis di sejumlah negara seperti Turki dan Argentina. Faktor-faktor eksternal tersebut memang memengaruhi aliran modal asing yang kemudian berdampak terhadap rupiah.

Kendati demikian, lanjut Tony, tidak dapat dipungkiri pelemahan Rupiah juga tak lepas dari masalah ekonomi dalam negeri terutama soal defisit neraca transaksi berjalan atau “current account deficit” (CAD).

“Kita tidak boleh bohong bahwa di dalam negeri sendiri kita punya masalah. Masalah itu namanya “current account deficit”. Jadi kita itu harus akui kalau kita memiilki kuda-kuda yang lemah dari sisi “current account”,” ujarnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2018 tercatat 8 miliar dolar AS atau 3,04 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,21 persen dari PDB. Kendati pada triwulan kedua defisit transaksi berjalan sudah mencapai batas maksimal yang dianggap aman yaitu 3 persen, namun jika dihitung per semester I-2018, defisit transaksi berjalan baru mencapai 2,6 persen dari PDB.

“CAD kan sempat mencapai batas psikologis 3 persen dari PDB. Ketika mencapai ambang itu lah “confidence” terhadap rupiah melemah,” ujar Tony.

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah pada Jumat (26/10) lalu mencapai Rp15.207 per dolar AS, meningkat dibandingkan hari sebelumnya Rp15.210 per dolar AS. (ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka