Surabaya, Aktual.com — Tragedi pembakaran Masjid di Tolikara, Papua, membuat warga muslim di Jawa Timur marah besar. Beruntung para ulama dan tokoh muslim di Jawa Timur sudah berupaya memberikan arahan untuk meredam emosi umat muslim yang tersulut.

“Saya sudah berulang kali mendapat telepon dari kelompok-kelompok kecil umat muslim untuk memberikan sikap soal pembakaran (masjid) di Tolikara. Banyak yang bilang dan bertanya pada saya, apakah harus dibalas dengan membakar gereja? Saya jawab tidak. Jangan terpancing emosi,” kata tokoh ulama Jatim KH Raden Ali Badri, ketika ditemui di kediamannya, Selasa (21/7).

Selain  menggelar pertemuan dengan 65 ulama asal Jatim dalam kegiatan Mudzakaroh Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah Jawa Timur, pihaknya juga berharap pada dua elemen besar, yakni; Muhamadiyah dan Nadhatul Ulama (NU) untuk segera bersikap. Hal ini ditujukan agar kelompok-kelompok kecil umat muslim tidak terpancing. Lebih-lebih tidak ada kejadian lagi seperti di Tolikara.

Pasca kejadian tersebut, Ali Badri menilai bahwa peran NU dan Muhamadiyah seperti macan ompong, termasuk juga MUI yang juga belum memberikan sikap hanya berdiam diri. Padahal, sikap mereka akan dijadikan acuan bagi para umarohnya.

Dalam kesempatan yang sama, di hadapan wartawan, Ali Badri juga menelpon langsung Ketua PBNU, Syafullah Yusuf, untuk menyampaikan permintaan agar tragedi Tolikara menjadi pembahasan dalam agenda Muktamar NU mendatang.

Dalam pembicaraan yang didengarkan melalui loudspeaker ponsel, Syafullah Yusuf yang saat ini juga menjabat sebagai wakil Gubernur Jatim dan Ketua Panitia lokal muktamar NU, ‎juga berjanji akan menyanggupi agenda tersebut.

Sementara disinggung megenai penyebab kejadian pembakaran masjid di Tolikara, Ali Badri dan 65 ulama lainnya sepakat jika kejadian tersebut adalah kesalahan pemerintah sendiri yang terlalu membiarkan masalah keagamaan di Papua.

“Contoh kecil, sebelum mahasiswa demo pasti mengirim surat pemberitahuan. Itu BIN (badan intelejen negara) pasti sudah tahu. Nah, kalau di Tolikara, seminggu sebelum kejadian itu sudah ada wacana larangan memakai speaker atau sholat ied dengan pengeras suara. Masak BIN tidak tahu? Jelas tidak mungkin. Saya khawatir, jangan-jangan BIN sudah tahu tapi dibiarkan saja,” sesal Ali Badri dengan nada tinggi.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Ahmad H. Budiawan