Presiden AS Ke 45 Donald Trump

Jakarta, Aktual.com-Presiden Donald Trump mungkin merasa bakal senang saat mendengar salah satu ungkapan favoritnya ‘fake news’ dinobatkan menjadi ‘word of the year’ oleh perusahaan penerbit Collins.

Pada pengumumannya, perusahaan penerbit ternama asal di Inggris tersebut menyebut jika istilah ‘fake news’ (dalam bahasa Indonesia berarti ‘berita palsu’) mengalami tingkat kenaikan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ungkapan tersebut mengalami peningkatan pemakaian sebesar 365% sejak 2016, dimana pada tahun yang sama Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Ucapan ‘fake news’ yang bermakna ‘palsu, kata Collins dianggap sensasional, informasi disebarluaskan dengan kedok pelaporan berita’, telah mencapai hasil penilaian tahunan tertinggi pada kata-kata yang terbanyak yang dipakai dalam bahasa Inggris. Frase itu direncanakan akan disertakan dalam kamus bahasa Inggris pada tahun depan.

Istilah tersebut telah identik dengan Trump yang berulangkali mengkritik media, terutama di akun Twitter pribadi nya, dan atas apa yang dia nilai sebagai pemberitaan tidak akurat.

Menurut Helen Newstead, kepala konten bahasa di Collins, sebagian besar daftar kata-kata tahun ini bermuatan politis.

“Ungkapan ‘fake news’, baik sebagai pernyataan fakta ataupun sebagai tudingan, tidak dapat diabaikan tahun ini,” jelas Helen, seperti dilansir dari CNBC, Jumat (3/11).

Dijelaskan Helen, ungkapan ini berkontribusi pada berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemberitaan Media sendiri.

Pada sebuah sesi wawancara belum lama ini, Trump tersirat mengklaim jika dia yang menciptakan frase tersebut. “Saya kira orang lain telah menggunakannya (istilah ‘palsu’ dalam kaitannya dengan ‘media’) mungkin selama bertahun-tahun, tapi saya tidak pernah menyadarinya,” kata Trump.

Tetapi Collins, yang sebagai bagian dari bisnis besar penerbitan HarperCollins dan telah menerbitkan kamus sejak tahun 1819, mengatakan bahwa asosiasi ‘palsu’ dengan ‘berita’ telah dimulai di bidang komedi, seperti dalam pertunjukan ‘The Daily Show’ dan ‘The Day Today’.

Lalu, sekitar tahun 2005, istilah itu mulai dipakai pada berita-berita palsu yang beredar dengan maksud buruk alih-alih sindiran.

Sepanjang tahun 2016, juru kampanye Kepresidenan AS juga mencatat sejumlah besar situs yang menyiarkan cerita palsu tentang para kandidat dengan kedok berita.

Januari 2017 lalu, Trump pun menampik laporan kantor berita CNN tentang dugaan hubungannya dengan Rusia sebagai ‘berita palsu’. Trump menyatakan bahwa cerita yang berpotensi merusak itu adalah ‘berita palsu’. Perkembangan mengenai cerita semacam itu pun menjadi bagian utama dari agenda pemberitaan sepanjang tahun 2017.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs