Brussel, Aktual.com – Para menteri dalam negeri Uni Eropa, menghadapi tekanan yang meningkat untuk segera melaksanakan janji-janji mereka dalam menangani krisis migrasi.

Desakan muncul ketika pada Senin (9/11), mereka bertemu untuk mempersiapkan pertemuan puncak dengan para pemimpin negara-negara Afrika.

Dimitris Avramopolous, komisioner Uni Eropa (EU) untuk urusan migrasi, mendesak para menteri dalam negeri untuk segera melaksanakan janji mereka untuk memperketat perbatasan-perbatasan luar.

Para menteri juga didesak memindahkan para pengungsi dari Italia dan Yunani, yang sudah terlalu sesak, serta mendirikan pusat-pusat penerimaan migran di sepanjang rute Balkan dari Yunani.

Sosok yang menambah tekanan bagi adanya aksi di Brussel itu adalah Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere serta pemimpin-pemimpin Parlemen Eropa.

Sidang luar biasa itu diselenggarakan menjelang pertemuan puncak khusus EU-Afrika di Malta, Rabu (11/11). Pertemuan Malta memusatkan perhatian pada upaya untuk menurunkan gelombang kedatangan migran via Libya, yang merupakan rute migran tersibuk kedua setelah Turki dan Balkan.

“Sekarang saatnya bagi mereka (negara-negara anggota EU) untuk mempercepat tugasnya dalam melaksanakan janji-janji ini di lapangan,” kata Avramopoulous, yang berasal dari Yunani dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP, Selasa (10/11).

Komisi Eropa, badan eksekutif EU –beranggotakan 28 negara, pada Mei telah mengajukan rencana berisi berbagai aspek untuk menangani krisis migran, terburuk yang dihadapi Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Dalam situasi itu, sudah hampir 800 migran yang tenggelam di Mediterania dalam perjalanan mereka dari Libya menuju Italia.

Krisis itu memburuk pada musim panas, yaitu ketika ratusan ribu orang lainnya yang mengungsikan diri dari perang di Suriah, Irak dan Afghanistan, tiba di Yunani dan Balkan melalui Turki.

Sudah lebih dari 3.000 dari hampir 800.000 orang, yang telah mencapai Eropa tahun ini, tenggelam.

Namun, negara-negara Eropa selama berbulan-bulan terlibat dalam percekcokan menyangkut penyelesaian bersama, terutama soal rencana memindahkan sebanyak 160.000 pencari suaka dari negara-negara garis depan ke wilayah-wilayah lainnya di blok Eropa.

“Kita perlu melihat lebih banyak pemindahan (migran) dari Yunani dan Italia sebagai masalah yang mendesak,” kata Avramopoulos.

EU, pada akhirnya, bulan lalu menyetujui skema pemindahan di tengah tentangan keras dari Hongaria dan negara-negara anggota EU lainnya di kawasan timur.

Artikel ini ditulis oleh: