Banda Aceh, Aktual.com — Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal meminta lembaga Unicef (Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak) membuat suatu program khusus, untuk menangani permasalahan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di kota itu.

“Saat ini pemerintah kota sedang mencari formulasi menangani masalah LGBT. Kami berharap Unicef bisa membantu membuat program khusus menangani masalah tersebut,” kata Illiza Saaduddin Djamal di Banda Aceh, Sabtu (2/4).

Apalagi, kata dia, penanganan LGBT menurut pendapat ahli tidak hanya cukup dengan melibatkan psikolog dan sosiolog namun, juga kriminolog karena LGBT termasuk dalam kategori kejahatan seksual.

Menurut dia, meski menyelesaikan masalah ini sulit, namun harus ada upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan generasi muda dari ancaman penyakit sosial LGBT. Dia menyebutkan Pemerintah Kota Banda Aceh telah membentuk tim khusus menangani LGBT. Penanganan dilakukan mulai dari pencegahan hingga penegakan hukum.

“Pencegahan terus dilakukan. Apalagi keberadaan komunitas ini bisa dideteksi karena kepedulian masyarakat yang masih tinggi. Bagi mereka yang sudah terjangkit LGBT, tentu diperlukan proses rehabilitasi. Saya berharap Unicef dapat mengusulkan program rehabilitasi.”

Kepada pihak yang menuding melanggar HAM karena terlalu keras menolak LGBT, Illiza Saaduddin Djamal menegaskan dirinya selaku kepala daerah berkewajiban menjalankan amanah konstitusi yakni penegakan syariat Islam.

“Dalam Islam, LGBT itu sudah jelas hukumnya. Di samping HAM, ada hak agama dan nilai adat istiadat yang harus dijunjung tinggi,” tegas Wali Kota Banda Aceh.

Bukan hanya soal LGBT, Illiza Saaduddin Djamal juga mengharapkan Unicef membantu penanganan terhadap komunitas anak punk yang masih ada di Banda Aceh. “Rata-rata mereka berasal dari luar Aceh dan bermasalah di dalam keluarga. Intinya mereka kurang mendapatkan kasih sayang, dan mereka kebanyakan dari keluarga yang berada,” kata Illiza Saaduddin Djamal.

Kepala Perwakilan Unicef Aceh Andi Yoga Tama menyebutkan, mayoritas pemicu seseorang menjadi LGBT adalah akibat trauma kekerasan seksual terutama pada anak.

“Mirisnya lagi hal itu lebih banyak terjadi di dalam sebuah keluarga. Menangani LGBT butuh penguatan di dalam keluarga. Untuk itu, kami menawarkan usulan kepada Pemerintah Kota Banda Aceh agar membentuk pusat konseling keluarga,” kata Andi Yoga Tama.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara