Jakarta, Aktual.com — Universitas Muhammadiyah Palangkaraya mencanangkan areal hutan tropis seluas 5.000 hektare di Kecamatan Rakumpit, Palangka Raya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah sebagai pusat penelitian bagi potensi obat-obatan tradisional dari bahan baku tanaman alam berskala dunia.

Rektor UMP Kandidat Doktor H.Bulkani, M.Pd di Palangka Raya, Jumat (15/04), mengatakan, bahwa areal hutan seluas 5.000 ha itu merupakan kawasan hutan dengan peruntukan khusus (KHDTK) yang telah ditetapkan Menteri Kehutanan RI sejak tahun 2014 dengan pengelolaan oleh UMP di bawah koordinasi Pemko Palangka Raya.

Dikatakan, dalam dua tahun belakangan ini para peneliti dari Lab MIPA UMP terus melakukan aktivitas dan sejumlah riset tentang karakteristik tanaman hutan tropis yang tumbuh di kawasan KHDTK di Rakumpit.

Para peneliti UMP juga melakukan kolaborasi dan riset bersama para ilmuwan dari sejumlah perguruan tinggi dunia mitra UMP seperti University Kwandong Korea Selatan.

Seorang peneliti Lab MIPA UMP, Siti Maimunah,MP menyebutkan pihaknya sedang mengobservasi tanaman pasak bumi merah tumbuh secara terbatas di sisi kawasan hutan pendidikan milik UMP di wilayah Kecamatan Rakumpit di pinggiran Kota Palangka Raya yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gunung Mas.

Pasak bumi selama ini dikenal sebagai jenis tanaman yang memberikan khasiat kebugaran tubuh manusia, dan di banyak daerah di Indonesia pasak bumi dijadikan sebagai obat kuat bagi pria dewasa.

Akar pasak bumi yang rasanya pahit banyak dijual di took-toko pusat kerajinan khas Kalteng yang banyak terdapat di kota Palangka Raya dan daerah lainnya di Provinsi Kalteng.

Para pengrajin di Kalteng juga menjadikan akar pasak bumi yang besar dibuat semacam gelas yang didalamnya dapat dituangkan air dan setelah beberapa menit bisa diminum yang dapat meningkatkan vitalitas tubuh.

Namun pasak bumi yang banyak dijual di Palangka Raya dan daerah lainnya di Kalteng itu jenis pasak bumi putih ke kuning kuningan. Sedangkan jenis tanaman baru yang banyak didapatkan di kawasan hutan pendididikan UMP di Rakumpit itu memiliki kemiripan dengan jenis tanaman pasak bumi, dengan warna merah.

Siti Maimunah yang juga Dekan Fakultas Pertanian dan Kehutanan UMP menyatakan segera meneliti karakteristik tanaman baru itu dan selanjutnya melibatkan peneliti dari Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UMP untuk meneliti kandungan dan khasiat pada akar pasak bumi merah.

“Perlu dilakukan riset dan uji lab terhadap kandungan pada tanaman pasak bumi merah, apakah sama dan bahkan lebih berkhasiat dari pasak bumi biasa. Atau bisa saja hasil uji lab pasak bumi jenis baru itu tidak untuk dikonsumsi manusia,” terang Siti Maimunah, Magister Kehutanan yang bersiap untuk studi lanjut pada Program Doktoral Ilmu Kehutanan.

Ketua Prodi Farmasi Fakultas Kesehatan UMP, Rabiatul Adawiyah, menyatakan kesiapan untuk terlibat dalam riset pengembangan potensi obat-obatan herbal dan tradisional yang menjadi konsen belakangan ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara