Filipino Muslim high school students of the government-run Mindanao State University in southern Jolo island pledge allegiance to the Philippine flag after singing the national anthem during the first day of school nationwide, 05 June 2000. Many areas in the southern Philippines is rocked by deadly conflict due to Muslim rebels waging a separatist war against the government to establish an independent Islamic state. (ELECTRONIC IMAGE) AFP PHOTO/ROMEO GACAD

Jakarta, Aktual.com — Belajar dan menuntut ilmu merupakan suatu proses hidup yang semestinya harus terus dilakukan seumur hidup oleh setiap manusia. Dimana, dalam hal ini manusia telah dibekali oleh akal serta pikiran oleh Tuhan Yang Maha Esa agar dapat dimanfaatkan dan dioptimalkan sebaik-baiknya.

Mengingat hal tersebut, manusia membutuhkan wadah untuk mampu mengembangkan ilmu dan kapasitas diri berdasarkan bidang yang diminati.

Adapun wadah tersebut salah satunya yaitu, sekolah. Dalam hal ini, agama rupanya juga memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa di sekolah, baik itu sekolah Islam ataupun sekolah Katolik.

“Sekolah dan Universitas Katolik di Asia saat ini umumnya berkontribusi sama seperti sekolah pada umumnya, yaitu untuk membentuk karakter siswa. Namun, menjadi sebuah sekolah katolik, mereka juga membagikan nilai-nilai Kristiani,” ujar Uskup Agung Manila saat ditemui Aktual.com di Unika Atmajaya, Jakarta, Selasa (18/8).

Dia menambahkan, khususnya dalam hal keberagaman antar siswa yang mendukung munculnya pertumbuhan karakter yang positif. Uskup Agung yang juga merupakan seorang Konsultan Pendidikan di Filipina itu pun mengaku, bahwa sebagian besar anak-anak yang beragama Islam di Manila umumnya bersekolah di sekolah Katolik. Mengingat, keberadaan sekolah Muslim yang masih tergolong minim.

Namun, kendati demikian secara aturan, meraka siswa-siswa Muslim tidak dibatasi dengan aturan-aturan yang bertolak belakang dengan keyakinan mereka. Misalnya, siswi Muslim diperbolehkan menggunakan hijab di sekolah dan pelaksanaan waktu salat yang diusahakan tepat pada waktunya. Tentunya, hal ini mencerminkan adanya toleransi antar agama yang baik dalam beragama dan kehidupan sehari-hari.

“Mereka ingin sekali mempelajari dan mendapat pengetahuan di luar dari agama dan budaya mereka. Bahkan di sekolah umum, setiap murid dibebaskan mengambil mata pelajaran agama yang mereka minati di luar agama yang dipeluknya. Syarat utamanya, anak-anak ini harus mendapat izin dari orang tua mereka sebelum mempelajari agama lain,” lanjutnya.

Oleh sebab itu, dengan iklim pendidikan yang positif tersebut dia berharap agar sistem pendidikan yang ada saat ini tetap bertahan dan berlaku. Pasalnya, hal ini erat kaitannya dengan penerapan fungsi keteladanan dan pembelajaran yang holistik atau menyeluruh dalam aspek toleransi antar umat beragama.

Artikel ini ditulis oleh: