Sementara itu, pembiayaan utang dalam APBN 2018 hingga akhir April sudah mencapai Rp187,16 triliun atau 46,8 persen dari target Rp399,22 triliun.
Pencapaian pembiayaan yang sudah mencapai setengah dari target ini karena merupakan bagian dari strategi penerbitan SBN di awal tahun (front loading) untuk mengantisipasi ketidakpastian global.
“Kami sudah melakukan ‘upsize’ sejak awal ketika pasar sedang bagus untuk mengantisipasi gejolak ekonomi dunia,” kata Luky.
Porsi pinjaman pemerintah saat ini juga mulai menunjukkan pertumbuhan negatif karena Indonesia sudah bukan merupakan “low income country” sehingga tidak bisa lagi menerima pinjaman dengan suku bunga rendah.
(Wisnu)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara