Jakarta, Aktual.com – Mantan Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas, sekaligus Pengamat Ekonomi dan Energi dari UGM, Fahmy Radhi menyampaikan adanya kelompok yang berusaha menghalang-halangi PT Pertamina (Persero) untuk membangun kilang baik melalu Refinery Development Master Plan (RMDP) maupun Grass Road Refinery (GRR).

Pasalnya, jikalau kilang tidak dibangun maka Indonesia tetap melakukan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam volume besar. Akibatnya, kelompok yang dimaksud meraup keuntungan dari proses pengadaan minyak mentah.

“Kalau mendasarkan pada fakta bahwa lebih 20 Tahun tidak membangun kilang, lalu gagalnya kerja sama dengan Aramco dalam RDMP Dumai dan Balongan, mengindikasikan bahwa masih ada pihak-pihak mafia migas pemburu rente yang menghalangi secara sistemik pembangunan kilang baru dan RDMP,” kata Fahmy Radhi kepada Aktual.com, Kamis (2/2).

Menurutnya, kilang yang gagal dibangun akan berdampak pada ketergantungan impor BBM yang semakin besar dan menjadi sasaran bagi mafia migas.

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Anggota Komisi VII DPR, Dito Ganinduto bahwa dirinya mengaku mendapat informasi tentang adanya gerakan yang berupaya menghambat RDPM dan GRR oleh Pertamina.

“Dengan adanya 4 RDMP dan 2 GRR, otomatis akan berkurang impor BBM. Tapi ada suatu gerakan untuk menghambat ini agar tidak jalan supaya Indinesia tetap impor BBM dalam jumlah besar,” kata Dito.

Untuk itu, dia meminta kepada Menteri ESDM, Ingnasius Jonan agar memastikan pembangunan dan pengembangan kilang dapat berjalan dengan baik.

“Tolong, Menteri ESDM, pastikan supaya gerakan yang menghambat pembangunan tersebut tidak terjadi agar kita mengurangi impor, memperkuat cadangan devisa dan nilai tukar rupiah,” pungkasnya.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka