Jakarta, Aktual.com – Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, dr Tirta Purwita Sari, mengimbau orangtua mewaspadai dehidrasi yang terjadi pada anak yang sedang berpuasa, agar dapat diatasi dengan baik.

“Orangtua tidak perlu menganjurkan puasa penuh pada anak-anak yang berusia tujuh atau delapan tahun, pada usia sembilan baru boleh dianjurkan. Yang paling ditakutkan adalah terkena dehidrasi,” kata Sari, di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan, anak kecil memiliki struktur sendiri dalam tubuhnya yang mapan dan berbeda dengan orang dewasa.

Menurut dia, yang paling berbeda adalah kemampuan hati anak kecil dalam menyimpan energi, di mana orang dewasa mampu puasa penuh karena memiliki sistem hari yang menyimpan energi dalam waktu lama, namun tidak pada anak kecil.

“Orang dewasa punya cadangan lemak yang banyak, hati yang bisa menyimpan energi, sehingga empat jam setelah makan, orang dewasa mampu memproduksi energi kembali. Nah, anak kecil belum punya itu,” kata dia.

Sari mengemukakan, masyarakat Indonesia memiliki resiko dehidrasi yang tinggi, karena cuaca yang panas dan lembab, sehingga tidak hanyak anak kecil, orang dewasapun rentan terhadap dehidrasi saat berpuasa.

Untuk itu, lanjut Tirta, orang tua perlu memperhatikan apabila saat berpuasa bibir anak terlihat kering, tidak buang air kecil dalam waktu lama, urinnya berwarna pekat dan mengeluh sakit kepala, maka dianjurkan untuk berbuka, karena dikhawatirkan terkena dehidrasi.

Tirta mengatakan, yang perlu diperhatikan saat anak ingin mengawali puasanya adalah memastikan bahwa puasa tersebut adalah keinginan anak itu sendiri.

“Jangan buat suasana yang trauma. Jadi langkahnya adalah perkenalkan suasana berpuasa. Bahwa ini adalah ibadah wajib, ada sahur dan berbuka puasa,” kata dia.

(Antara | Diva Ladieta)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Aktual Academy