Presiden Pertama Timor Leste, Xanana Gusmao dan Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dipandu Moderator, Dino Patti Djalal saat acara Foreign Policy Community Of Indonesia (FPCI) di Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (17/9). Acara bertajuk Conference on Indonesian Foreign Policy 2016 : Finding Indonesia’s Place In The Brave New World menghadirkan sekitar 50 pembicara dari dalam dan luar negeri. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Pendiri organisasi kebijakan luar negeri Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengingatkan pemerintah Indonesia mengenai situasi global yang dilanda persaingan yang tidak sehat antara negara-negara.

“Kondisi global itu mengarah kepada istilah ‘hot peace’. Istilah itu adalah suatu kondisi di mana ada kompetisi zero-sum atau ‘jika saya menang, anda harus kalah dan sebaliknya’,” ujar Dino Patti Djalal dalam sesi pembukaan kegiatan Conference on Indonesia Foreign Policy (CIFP) 2019, di The Kasablanka, Jakarta, Sabtu (30/11).

Dino menekankan bahwa rivalitas yang tidak sehat itu bukan cara yang baik untuk interaksi antarnegara.

“Ada persaingan geostrategis. Ada juga pergeseran kekuatan yang mengganggu di mana AS sekarang merasa China mungkin menyalip AS pada beberapa masalah penting hubungan internasional,” ujar dia.

Kondisi tersebut, menurut Dino, juga menimbulkan kecurigaan tinggi dan kepercayaan rendah serta perlombaan senjata yang mengkhawatirkan.

“Kadang-kadang terjadi kebingungan dan konflik yang luas, baik di dunia maya, teknologi, bisnis, dan lain-lain,” kata dia.

Dino mengutarakan perang dingin memang sudah berlalu, tetapi ada suatu rivalitas baru yang muncul sekarang ini yang membuat perdamaian menjadi sangat tidak stabil.

Ini memang konsekuensi dari “hot peace” yang bisa digambarkan sebagai masa damai yang dipenuhi dengan ketegangan serta kecurigaan.

“Ada juga konsekuensi ekonomi dari masa damai yang dipenuhi ketegangan, seperti perang dagang antara AS dan China yang kemungkinan besar akan menelan konsekuensi yang mahal,” kata Dino.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Arbie Marwan