Pihaknya tidak memungkiri kalau saat ini intelegensia mahasiswa mungkin makin cerdas, tetapi banyak kasus radikal muncul justru di kampus-kampus dengan reputasi tinggi. “Artinya, dari kecerdasan intelektualnya (IQ) mereka itu tinggi, tetapi dalam IQ-nya yang tinggi itu ternyata kecerdasan kewarganegaraannya makin tipis, tidak ada empati, dan tidak bisa hidup dalam keragaman,” ucapnya.
Oleh karena itu, kata Yudi Latief, jika kecerdasan kewarganegaraan itu tidak digarap, maka apapun bangunan kebangsaan yang didirikan akan mudah hancur.
“Terorisme bisa menghancurkan dalam waktu singkat, anak-anak pun dikorbankan,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut Yudi Latief, nilai-nilai ideologi Pancasila harus benar-benar dibumikan dengan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, Rektor Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar Prof Dr drh I Made Damriyasa berpandangan senada bahwa kampus sangat penting untuk menjaga keutuhan NKRI Oleh karena itu, Prof Damriyasa memandang penting agar generasi muda juga memahami sejarah lahirnya NKRI. “Kegiatan seperti ini merupakan bentuk peran aktif kami dalam menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila dan kami jamin mahasiswa di sini tidak ada yang memiliki ideologi di luar ideologi Pancasila,” katanya.
Pihaknya di Unhi Denpasar, lanjut dia, tidak saja mengembangkan ilmu dan teknologi, tetapi berdasarkan nilai agama dan budaya Hindu, sehingga dalam mengembangkan karakter mahasiswa juga menyeimbangkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.
Ant
(Wisnu)