Jakarta, Aktual.co —Malari atau malepetaka lima belas januari merupakan bagian sejarah kelam di masa Orde baru yang masih menyimpan misteri, Hingga 40 tahun berlalu rezim orde baru berganti reformasi, trgedi malari tetap menyisakan teka-teki. Siapa yang harus bertanggung jawab atas terbakarnya 144 gedung, hancurnya 807 mobil dan 187 motor, dijarahnya 160 kg emas ?. Kerusuhan yang terjadi di awal tahun 1974 itu juga telah membuat belasan nyawa melayang dan ratusan luka-luka.

Sejatinya, berbagai kekuatan besar telah memainkan perananya untuk saling menjegal dan tanpa di sengaja, kekuatan-kekuatan itu menjadikan aksi suci mahasiwa sebagai medan laga.

15 januari 1974 ratusan mahasiswa UI yang dipimpin Dewan Mahasiswa Hariman Siregar menggelar apel akbar  di halaman Universitas Trisakti. Ribuan mahasiswa itu menuntut pemerintah agar membubarkan lembaga Aspri, Hentikan modal asing dan hukum para koruptor. Aksi mahasiswa itu sebagai respon atas kunjungan Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei ke Jakarta 14-17 Januari 1974. Pada masa itu investasi Jepang dan Cina di Indonesia telah mengakibatkan ribuan pengusaha kecil gulung tikar.

Lewat tengah hari apel akbar di halaman Trisakti mulai memanas, aksi mahasiswa sudah tersusupi dan melakukan provokasi – provokasi. Sedangkan di sudut Jakarta lainya ribuan masa yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat sudah berkumpul, penghasutan sentimen anti Jepang dan Cina telah membuat masyarakat buas, menjarah dan membakar berbagai gedung, toko di pusat bisnis senen, harmoni dan terus bergerak ke sudut-sudut kota Jakarta.

Sedikitnya ada 2 kepentingan yang menumpang pada aksi mahasiswa sebagai ajang laga.
(1)    Amerika vs Jepang.
Dominasi Amerika dalam menguasai perekonomian Indonesia mulai terusik oleh investasi Jepang yang meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Amerika setidaknya membutuhkan waktu 7 tahun (1966-1973) untuk berinvestasi sebesar USD 935 juta. Sedangkan Jepang hanya butuh waktu 2 tahun untuk berinvestasi sebesar USD 534 juta. Investasi Jepang dan Cina di Indonesia juga mendapat dukungan dari militer, sehingga bisnis mereka berkembang sangat cepat.
Soeharto merupakan tokoh central masuknya investasi Jepang ke Indonesia. Semenjak Amerika mulai mendikte pemerintahan Indonesia, Soeharto mulai gerah dan berpaling ke Jepang yang saat itu ekonominya tumbuh melampoi Eropa.

(2)    Perseteruan dua Jenderal terdekat soeharto, Ali moertopo vs Soemitro.
Ali Moertopo yang saat itu menjabat Aspri Soeharto mempunyai wewenang yang sangat besar. Politik, ekonomi dan militer didikte Ali Moertopo atas nama Soeharto. Ali Moertopo juga mempunyai lembaga studi sendiri yang bernama CSIS. CSIS lah yang mendesain ekonomi indonesia yang dirangkum dalam buku “Dasar-Dasar Pemikiran Mengenai Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 tahun”. Selain itu Ali Moertopo juga menjabat sebagai Kepala Operasi Khusus (opsus). Kesuksesan Ali dalam meminimalisir jumlah partai peserta Pemilu, serta mampu meningkatkan suara Golkar menjadikan Ali dipercaya Soeharto. Selain mendirikan organisasi kepemudaan seperti KNPI, Ali Moertopo juga menghidupkanya organisasi yang hampir mati seperti GUPPI (gabungan usaha perbaikan pendidikan islam ) dan memasukanya ke dalam organisasi sayap pendukung Golkar. Organisasi kampus juga dapat perhatian Ali Moertopo, naiknya Hariman Siregar sebagai DM UI di tengarai ada campur tangan Ali Moertopo.
Melihat akselerasi rival utamanya begitu masif, Soemitro yang saat itu menjabat Pangkopkantib juga melakukan safari dari kampus ke kampus. Ceramah dan kuliah terbuka diadakan hampir di semua kampus besar di Indonesia kecuali UI. Kubu Ali Moertopo menuding Soemitro menggalang dukungan kaum muda yang bisa membahayakan kedudukan Soeharto.

Setelah pecah kerusuhan 15 januari, Soemitro yang menjabat Pangkopkamtib dicopot dari jabatanya. Tidak lama berselang Soeharto membubarkan lembaga Aspri. Dalam rapat kabinet Soeharto menuding kerusuhan 15 januari melibatkan PSI, Masyumi, PNI dan militer yang didukung dan didanai asing.

Pada tahun – tahun sebelum kejadian Malari, mahasiswa sebenarnya sudah melakukan aksi penolakan kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintahan Orde baru. Pembangunan yang lebih menekankan pada pemodal asing, bukan kepada pemerataan ekonomi telah membuat banyak pengusaha pribumi gulung tikar. Aksi-aksi mahasiswa yang didukung penuh oleh rakyat Indonesia membuat Soeharto mulai was-was akan keberlangsungan kekuasaanya. Paska pecahnya malari Soeharto memberlakukan kebijakan yang represif terhadap suara-suara yang menentang kebijakanya. Puluhan surat kabar di bredel, para mahasiswa ditangkap dan diadili dengan tuduhan subversif. kebijakan soeharto tersebut ternyata cukup ampuh meredam dan membungkam media massa dan mahasiswa.

Waktu 40 tahun ternyata belum mampu melayukan semangat pergerakan Hariman Siregar. Api semangat pergerakan dan perubahan tetap terjaga dalam sanubarinya. Jika para pemimpin bangsa ini tidak belajar pada tragedi malari, trisakti dan semanggi. Akankah Tragedi itu akan terulang lagi di tahun ini paska pesta demokrasi?