Jakarta, Aktual.co —Hubungan Indonesia – Australia sudah terjalin sejak tahun 1600 masehi, para pelaut dari kerajaan Gowa biasa mencari ikan sampai ke sebelah barat Australia. Para pelaut Bugis itu selalu merencanakan untuk sampai di pesisir utara Australia pada bulan desember dan akan kembali ke kerajaan Gowa pada bulan maret, perjalanan para pelaut dari Bugis itu sangat dipengaruhi oleh angin monsun tenggara dan monsun barat laut. Selama menetap di pesisir Autralia, pelaut bugis berinteraksi dan mengajarkan tehnik pelayaran kepada suku Aborigin.
Pada penghunjung abad ke 17 benua Australia yang saat itu sudah di tempati imigran dari Belanda sangat tergantung dengan Indonesia dalam hal pangan, daging sapi, gula, tepung dan beras didatangkan dari Indonesia. Pada akhir abad ke 18 setelah Inggris menguasai Australia, mereka mengimpor sapi dan kerbau dari Indonesia untuk dibudidayakan.
Di masa kemerdekaan Indonesia 1945-1949, Australia yang saat itu di kuasai Partai Buruh ikut membantu kemerdekaan Indonesia dengan cara tidak mengisi bahan bakar pada kapal-kapal belanda yang sandar di Australia. Pada masa itu Australia mewakili Indonesia dalam perundingan yang menuju pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia. Australia merupakan Negara yang menjadi sponsor masuknya Indonesia ke PBB. Dalam rentang waktu itu hubungan Indonesia dengan Australia sangat harmonis sekali.
Keharmonisan hubungan Indonesia dengan Australia ternyata tidak belangsung lama, pada tahun 1959 – 1963 hubungan Indonesia-Australia memanas. Rusaknya hubungan Indonesia-Australia ini dipengaruhi oleh sikap Australia yang memihak Belanda dalam kasus perebutan Irian Barat antara Indonesia dengan Belanda. Pada masa ini Australia mulai menujukan wajah aslinya, wajah dan sikap ganda. Kebijakan politik Australia selalu mendukung dan menghormati kedaulatan Indonesia tapi di sisi lainya Australia mempunyai kepentingan dan menghalangi Irian Barat jatuh ke pangkuan Ibu Pertiwi. Australia ingin menjadikan Irian Barat sebagai basis pertahanan serangan dari utara dan berusaha mencegah berkembangnya partai komunis yang saat itu menjadi partai yang sangat berpengaruh di Indonesia.
Memburuknya hubungan Indonesia-Australia berlanjut pada 1963-1965. Sikap politik Indonesia yang menentang terbentuknya Negara Malaysia, Presiden Soekarno dalam pidatonya menyatakan bahwa Malaysia merupakan rezim ciptaan Neo Kolonialisme yang membahayakan Indonesia. Inggris dan Australia menjadi garda terdepan dalam melindungi Malaysia dari serangan Indonesia. Pertempuran secara terbuka pun pecah di Kalimantan antara Indonesia melawan Australia dan Inggris.
Pada masa Orde Baru hubungan Indonesia-Australia kembali membaik, sikap politik Indonesia yang anti komunis dan pro ke barat menjadi faktor utama membaiknya hubungan Indonesia-Australia. Berbagai bantuan dan kerjasama diteken untuk mempercepat pembangunan di Indonesia, Australia juga masuk dalam Inter Government Group on Indonesia (IGGI), sebuah kelompok Negara pendonor untuk mempercepat pembangunan di Indonesia. Sikap dukungan penuh Australia ke Indonesia di perlihatkan pada tahun 1975an, Indonesia yang saat itu menggelar operasi seroja di timor-timur telah menewaskan 5 wartawan dari Australia. Masyarakat dan media Australia sangat mengecam pemerintahan Indonesia saat itu, tapi pemerintahan Australia tidak mau ikut campur urusan dalam negeri Indonesia dan tetap mendukung penuh pemerintahan Indonesia.
Setelah Indonesia dilanda krisis hebat dan tumbangnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998, Australia mulai menunjukan wajah aslinya. Anak buangan Inggris itu menjadi aktor penting lepasnya Timor-Timur dari pelukan Ibu Pertiwi pada tahun 1999. Lewat skenario referendum Australia sukses membuat Timor-Timur merdeka.
Di era millennium hubungan Indonesia-Australia mengalami pasang surut yang penuh dengan dinamika, politik berkepribadian ganda diterapkan dalam menjalani hubungan dengan Indonesia. Sikap politik Austalia yang mendukung Papua tetap berada di pangkuan Indonesia, tapi disisi lain Australia memberi suaka kepada kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Hubungan Indonesia-Australia tidak di dasari oleh sikap tulus, Australia punya banyak kepentingan dalam menjalin hubungan dengan Indonesia. Australia yang ber ras eropa selalu memandang sebelah mata pada Indonesia, Australia selalu memainkan perananya dan mendominasi dalam menjalin persahabatan dengan Indonesia.
Tindakan spionase yang dilakukan Australia di era pemerintahan SBY ini menunjukan sikap penuh curiga dan antisipasi dini, Australia mulai takut kehilangan dominasinya di kawasan asia tenggara. Melihat perkembangan Indonesia yang pesat dan menuju kearah kekuatan ekonomi baru, maka Australia perlu mengatisipasi dini guna melanggengkan dominasinya.
Aksi penyadapan yang dilakukan Australia memang telah mencabik-cabik harga diri bangsa Indonesia, namun bukan penyadapan itu yang terus dipermasalahkan tetapi percepat mewujudkan apa yang ditakuti Australia. Para pemimpin negeri ini segera tersadar akan potensi Indonesia kedepan, menjadi Negara yang maju dan mampu mempunyai teknologi guna mendominasi politik dunia agar tidak diremehkan seperti sekarang ini.