Denpasar, Aktual.com — Masyarakat Bali mulai mengembangkan pertanian organik dengan mengaplikasikan metode “system of rice intensification” (SRI) sebagai langkah dukungan pulau ini menuju “Organic Island”.

“Saya amat mendukung konsep Gubernur Bali Mangku Pastika yang mengarahkan Bali sebagai ‘Organic Island’ dengan mengiplementasikan program sistem pertanian terintegrasi (Simantri),” ujar IB Gede Arsana, staf perusahaan Medco Holding sebagai Project Officer budi daya metode SRI organik, Selasa (22/12).

Lelaki yang akrab dipanggil Gusde ini melanjutkan, langkah Gubernur Bali sangat sesuai dengan konsep bertanam padi yang tengah dikembangkan, yang didasarkan pada “system of rice intensification organik”. Konsep bertani ini sedang dikembangkan warga yang tinggal di berbagai daerah di Bali.

Pertanian SRI organik adalah metode budi daya tanaman yang intensif dan efisien melalui proses manajemen perakaran yang berbasis pada pengelolaan tanah, air dan tanaman. Dsertai pula pemberdayaan kearifan lokal melalui penggunaan bahan-bahan alamiah dan pengoptimalan peranan dan fungsi bahan organik tanah.

Kegiatan penanaman padi pada pertanian SRI organik menggunakan pupuk yang berasal dari kotoran atau air kencing hewan yang telah diolah dan pengendalian hama menerapkan biopestisida. Misalnya, buah maja, daun sirsak, air cucian beras dan lainnya, yang telah difermentasi sehingga menjadi biopestisida.

Lebih jauh dia menyatakan bahwa pertanian SRI organik menganut 10 prinsip dasar. Masing-masing adalah menggunakan bahan organik, menguji bernas benih, menanam benih muda (antara usia 7-10 hari), bibit ditanam tunggal, penanaman dangkal, bibit ditanam seperti huruf L, tidak digenangi air, jarak tanam 30 x 30 cm atau 40 x 40 cm, penyemprotan mikro organisme lokal (MOL) dan pestisida nabati, serta tidak menggunakan pupuk kimia.

Menerapkan pertanian SRI organik, kata Gusde, memberi efek baik pada lingkungan karena menyehatkan tanah dan menghentikan racun yang biasa dilakukan para petani melalui pemberian pupuk kimia pada wilayah persawahan.

Penerapan pertanian organik akan membuat produktivitas hasil panen akan meningkat. Jika pada pertanian konvensional petani mendapatkan gabah kering 5-6 ton pada setiap hektare, maka jika bertani secara organik, hasil panen yang didapatkan meningkat menjadi 7-8 ton per hektare.

Peningkatan ini, salah satunya, dipicu karena pertumbuhan tanaman padi yang ditumbuhkan secara organik memiliki tinggi rata-rata 1,4 meter, sehingga menghasilkan butir-butir padi yang lebih bernas dan berlimpah. Lain halnya dengan pertanian konvensional yang ketinggian rata-rata tanamannya biasanya berkisar 1 meter saja.

“Saya berharap ada ketahanan pangan di Bali dulu targetnya, setelah itu bergaung ke seluruh Indonesia. Apalagi beras organik sama sekali tidak mengandung efek negatif bagi tubuh, malah justru menyehatkan,” ucapnya.

Kalau beras dari pertanian tradisional memiliki kandungan glukosa yang tinggi, maka beras organik justru proteinnya yang tinggi. Apalagi kini tengah dikembangkan padi merah dan hitam yang kandungan antioksidannya tinggi, sehingga amat bagus sebagai makanan kesehatan.

“Saat ini lahan pertanian yang telah ditanami padi organik sekitar 15 hektare di berbagai wilayah di Bali. Dalam lima tahun ke depan targetnya adalah 150 hektare sehingga bidikan Bali sebagai Organic Island bisa segera terwujud,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan