Jakarta, Aktual.com — Krisis keuangan sedang mengintai di seluruh dunia, seperti halnya krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2008.

Demikian disampaikan George Soros seperti dilansir dari CNBC yang mengutip The Sunday Times, surat kabar Srilangka, Jumat (8/1).

“China merupakan sumber utama masalah ini,” ujar Soros.

Menurut Soros, China saat ini kesulitan untuk mencari model pertumbuhan ekonomi yang baru. Kebijakan devaluasi mata uang Yuan yang mereka lakukan malah menimbulkan masalah untuk seluruh dunia.

Sebagai informasi, pasar keuangan utama di Eropa turun tajam Kamis pagi, setelah terjadi aksi jual saham secara besar-besaran pada perdagangan China.

Regulator sekuritas Beijing memotong perdagangan hanya 14 menit setelah Shanghai Composite Index dibuka Kamis. Pada saat itu, sudah jatuh 7,3 persen, sedangkan yang lebih kecil Shenzhen Composite Index merosot 8,3 persen.

Ini adalah kedua kalinya pada pekan ini “pemutus sirkuit” yang digunakan untuk menangguhkan perdagangan. Pemutus sirkuit dilakukan oleh pejabat China setelah bursa stabil pada musim panas lalu.

Penghentian perdagangan mengguncang investor, menyebabkan pasar Asia lainnya lebih rendah dan melemahnya nilai mata uang yuan China sebesar 0,51 persen terhadap dolar – level terendah sejak Agustus.

Indeks Nikkei 225 Jepang acuan turun 1,8 persen dan Kospi Korea Selatan turun 1 persen. Hong Kong Hang Seng ditumpahkan 2,6 persen, sedangkan Australia S & P / ASX 200 melemah 2 persen. Indeks saham di Taiwan, Selandia Baru dan Asia Tenggara juga turun.

Di New York, Dow dan S & P 500 turun 2,3 persen atau lebih, sedangkan NASDAQ turun sekitar tiga persen pada penutupan perdagangan. Di Eropa, indeks CAC di Paris turun 1,7 persen sementara FTSE London turun 2,7 persen.

Kerugian menandai salah satu awal tahun terburuk untuk perdagangan dalam beberapa dekade.

Seperti yang dilangsir dari VOA News, Para ahli menjelaskan investor dipukul oleh “badai” insiden: pertumbuhan global yang lemah – terutama di Cina, yang tumbuh pada kecepatan yang paling lambat dalam seperempat abad – kemerosotan harga minyak dan ketegangan regional, termasuk klaim Korea Utara dengan uji coba bom hidrogen.

“Sudah sulit untuk menangkap napas pada tahun 2016 dan pedagang belum benar-benar diketahui cara untuk mengubah,” kata Chris Weston, kepala strategi pasar di IG Melbourne.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan