Petugas Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana geologi mengamati Gunung Bromo menggunakan alat Electrical Distance Machinedari Pos Pantau Pengamatan Gunung Api Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (18/12). Gunung tersebut memuntahkan material vulkanis mencapai ketinggian 1.500 meter yang menyebabkan aktivitas Bandar Udara Abdul Rachman Saleh Malang, Jawa Timur, lumpuh. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/kye/15

Jakarta, Aktual.com — Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Bromo Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Ahmad Subhan mengatakan gempa akibat letusan Gunung Bromo yang terjadi selama beberapa hari terakhir hanya dirasakan dalam radius tiga kilometer.

“Gempa letusan itu sempat membuat kaca di Pos Pengamatan Gunung Api Bromo bergetar, namun hal itu wajar-wajar saja,” katanya, Minggu (10/1) malam.

Dia mengatakan, tidak semua warga yang berada dalam radius tiga kilometer dapat merasakan getaran gempa akibat letusan Gunung Bromo itu.

Hal itu, katanya, karena intensitasnya tidak terlalu sering, sehingga ada sebagian warga yang tidak merasakannya.

“Gempa letusan itu merupakan salah satu tipe aktivitas gempa gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut dan gempa itu merupakan tekanan udara dari dalam magma yang menyebabkan getaran,” katanya.

Masyarakat diimbau untuk tidak khawatir dengan gempa letusan Gunung Bromo, karena jenis gempa tersebut merupakan hal yang wajar pada fase erupsi yang terus menerus sejak statusnya ‘Siaga’.

“Material yang keluar akibat gempa letusan hanya berupa abu halus dan secara visual gempa letusan itu akan menyebabkan asap sulfatara abu vulkanis menjadi lebih pekat,” kata dia.

Gempa tremor Gunung Bromo dalam beberapa hari terakhir mengalami penurunan, namun energi aktivitas di dapur magma lainnya masih tetap tinggi, bahkan secara visual terdengar suara gemuruh dan teramati sinar api samar-samar dari kawah Bromo.

Aktivitas Gunung Bromo pada 9 Januari 2016 pukul 06.00-12.00 WIB tercatat secara seismik gempa tremor vulkanis atau erupsi menerus dengan ampitudo dominan lima milimeter, satu kali gempa vulkanik dalam, dan tujuh kali gempa letusan yang lamanya sekitar 23 detik. Sedangkan secara visual cuaca cerah, angin tenang, asap kelabu sedang-tebal, tekanan sedang-kuat, tinggi asap berkisar 900 meter dari puncak ke arah barat-barat laut.

Aktivitas Bromo pada 10 Januari 2016 pukul 12.00-18.00 WIB terpantau secara visual cuaca mendung, angin tenang, asap kelabu sedang-tebal, tekanan sedang-kuat dengan ketinggian berkisar 900 meter dari puncak ke arah barat-barat daya, sedangkan secara seismik gempa tremor dengan amplitudo dominan lima milimeter, dan terdengar suara gemuruh lemah dari kawah, sehingga kesimpulan Gunung Bromo tetap ‘Siaga’.

Artikel ini ditulis oleh: