????????????????????????????????????

Jakarta, Aktual.com — Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mengatakan bahwa pemotongan ayam yang halal ada di PT Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ) diluruskan oleh Direktur Utama PT FSTJ, Arief Prasetyo Adi.

Menurut Arief, hingga saat ini PT FSTJ belum memiliki tempat pemotongan ayam tersebut.

“Food Station sampai hari ini tidak punya pemotongan hewan,” ucapnya saat diwawancarai Aktual.com di kantornya, Cipinang, Jakarta Timur, Senin (25/1).

Selain tempat pemotongan, Arief juga mengaku belum pernah mendapat perintah untuk melakukan pemotongan daging ayam.

“Sampai hari ini belum ada mandat untuk melakukan penyembelihan entah itu ayam atau sapi,” imbuhnya.

Dirinya sependapat dengan Gubernur Ahok yang menyatakan bahwa ayam yang disembelih di pasar pasar tidak halal karena tidak sesuai dengan ajaran islam.

“Yang Pak Gub bilang itu ya bener. Dipotong darahnya belum habis udah dicemplungin (air panas), itu orang islam pun gak begitu,” tuturnya.

Arief menjelaskan bahwa semestinya ayam boleh diproses setelah darah ayam tidak lagi menetes, “jadi biarkan darahnya itu menetes sampai habis baru diproses,” ucapnya.

Namun, tuduhan Ahok yang mengatakan ayam di pasar tidak halal disanggah oleh salah seorang pedagan ayam di Pasar Klender Jakarta Timur, Iqbal (24). Ia menjelaskan bahwa cara dia menyembelih masih mengikuti ajaran agama islam.

“Kita motongnya baca doa, terus kita tunggu sampa ayam mati dulu sampe nggak netes lagi darahnya. Baru kita rendem air panas. Lah, kalau belum mati kita rendem, dia goyang-goyang, kecipratan air panas kita,” ujarnya.

Sementara, Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima (Apkli), Hoiza Siregar menyebut pernyataan Ahok merupakan upaya untuk mematikan para pedagang kecil.

“Kalau dia (Ahok) bilang gitu, sama saja membunuh pedagang-pedagang kecil. Mestinya awasin dong jangan dituduh seperti itu,” ucap Hoiza.

Lanjut Hoiza, jika memang Ahok berniat memajukan BUMD dengan menilai haram pedagang ayam di pasar, sama saja Ahok menguasai pangan se-Jakarta dengan tidak adil.

“Yang adil dong, jangan main bilang itu haram ini haram,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh: