Istanbul, Aktual.com – Sebanyak 28 orang asing dari sembilan negara termasuk di antara 39 orang yang tewas dalam serangan pada Ahad pagi (1/1) di satu klub malam terkenal di Istanbul, demikian laporan media Turki.
NTV melaporkan sejauh ini 35 mayat telah diidentifikasi, dan 20 mayat dikonfirmasi sebagai orang asing –Arab Saudi (7), Irak (empat), Tunisia (dua), Suriah (satu), Kanada (satu), Israel (satu), Lebanon (satu) dan Kuwait (satu).
Dari 11 orang Turki yang tewas dalam serangan tersebut, satu adalah keturunan Belgia, kata NTV seperti yang dilansir dari Xinhua, Senin (2/1).
Seorang pria bersenjata menyerbu satu klub malam yang dikenal dengan nama Reina di Kabupaten Besiktas, dan menembaki ratusan orang yang berkumpul di salam untuk merayakan Tahun Baru. Sebanyak 39 orang tewas dan 69 orang lagi cedera, sementara empat kritis, kata Pemerintah Turki.
Reina, yang sangat dekat dengan Selat Bosporus, terkenal di kalangan selebritis, artis, bintang sepak bola dan wisatawan. Mengenai pelaku penembakan, Abdullah Agar, seorang pengulas politik, menggambarkan dia sebagai “pelaku teror yang amat, sangat berdarah dingin” dan lebih terlatih dalam serangan jarak dekat dibandingkan dengan pelatihan yang dilajani oleh militer.
Polisi telah melakukan perburuan untuk membekuk pelaku yang melarikan diri setelah menyelinap ke luar klub malam itu dalam kekacauan.
Penyerang tersebut terlihat mengganti klip amunisinya beberapa kali dalam serangan itu.
“Amunisi yang ia gunakan juga sangat berkualitas. Ia tentu saja bukan orang biasa,” kata Abdullah Agar. Ia menambahkan, “Ia menggunakan peluru dengan inti baja, yang langka ditemukan dan digunakan. Satu peluru dapat menewaskan lebih dari satu orang secara berbarengan. Itu tak mudah di peroleh.” Ia menyatakan IS mungkin menjadi otak dari penembakan massal tersebut, yang ditujukan kepada warga sipil dalam serangan terdahulu.
Menurut dia, serangan mematikan itu dilancarkan untuk merusak keseimbangan di Turki, merusak perjuangan yang dilakukan negeri tersebut di luar wilayahnya, makin mengganggu kerapuhan masyarakat, atau membuat Turki membayar harga atas peningkatan kerjasamanya dengan Rusia.
“Sasaran dan waktunya yang bersamaan dengan perayaan Tahun Baru sangat penting. Arti simbol serangan tersebut sangat penting,” kata pengulas tersebut.
Turki telah dilanda sebanyak 30 serangan pemboman selama satu-setengah tahun belakangan. Lebih dari 400 orang telah kehilangan nyawa mereka, kondisi yang telah memicu seruan bagi langkah untuk memperbarui unit intelijen dan mengurangi perpecahan di dalam masyarakat agar Turki bisa secara lebih baik menghadapi momok terorisme.
Ankara telah menuduh kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan IS, yang membuat kacau tetangga Turki –Irak dan Suriah, sebagai pelaku serangan itu.
Abdullah Agar mengatakan sasaran dan pelakunya dipilih “secara seksama”.
Perdana Menteri Binali Yildirim, setelah mengunjungi korban cedera di satu rumah sakit, berbicara mengenai perjuangan Turki yang berlanjut melawan PKK, IS dan kelompok pimpinan Fethullah Gulen, tokoh agama Turki yang tinggal di Amerika Serikat dan pemimpin apa yang disebut Gerakan Gulen –yang kini dicap sebagai kelompok teror oleh Ankara karena dugaan keterlibatan Gulen dalam mengarahkan upaya kudeta pada Juli 2016.
“Semua negara dapat menghadapi peristiwa semacam itu mulai sekarang,” kata perdana menteri tersebut. Ia merujuk kepada “kemenangan besar” yang telah dicapai Turki di Suriah melalui kerja sama dengan Rusia dalam upaya mengakhiri perang di sana.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid