Jakarta, Aktual.co —Munir Said Thalib yang ada di surga, namamu selalu menjadi petanda lahir dan tumbangnya sebuah rezim.

Sejak 7 September 2004 surat Yassin di bacakan oleh kedua orang yang tidak pernah kau kenal dekat, diatas langit Rumania, namamu selalu kembali. Setiap tahun tanggal 7 September selalu ada saja orang yang bersila untuk mengingat seorang pembela apa yang disebut Hak Asasi Manusia (HAM).

Di dalam pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 974 tujuan Amsterdam kau meregang nyawa. Sekelompok orang secara terorganisir memang sudah lama ingin kau tiada. Seperti yang sudah banyak diungkap dalam persidangan ada empat cara mereka siapkan untuk membungkam teriakanmu.

Mereka yang berbadan tegap, terbiasa pegang senjata ingin sekali melumpuhkan tubuhmu yang kurus. Setiap kali mengingat detik-detik terakhir di dalam pesawat yang akan membawamu menempuh pendidikan lanjutan  studi S2 bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht, Belanda itu kita akan kembali berduka. Republik yang sudah 10 tahun kehilangan dirimu tidak pernah tuntas mengungkap siapa dalam pembungkaman keji itu. Kita cuman tahu kau dibunuh saat Negara ini dipimpin oleh Presiden Megawati Seokarnoputri.

Selama 10 tahun kepergianmu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lah yang sedikit membuka tabir pelaku terorganisir itu hingga menyeret Pollycarpus Budihari Priyanto. Pilot pesawat Garuda Indonesia yang ternyata bekerja untuk Badan Intelejen Negera (BIN). Polly tidak bekerja ada sendiri. Ada sejumlah pihak dari lembaga telik sandi itu diperiksa oleh Bareskrim Polri. Namun cuman Polly yang masuk bui.

Hingga kini kita semua tidak pernah tahu kenapa Munir harus dibungkam. Kita hanya tahu kau selalu ada digaris terdepan saat membela mereka yang lemah. Mereka yang kehilangan pegangan. Mereka yang hak paling dasarnya direbut oleh kuasa yang biadab. Marsinah, Muchtar Pakpahan dan mahasiswa yang hilang dalam kemelut reformasi itu semua adalah torehan pembelaanmu pada kanvas republik yang Kita selalu mengenang torehan itu. Karya besar manusia mulia yang bulan ini, 8 Desember tepatnya merayakan hari lahirnya. Seperti tahun-tahun sebelumnya tidak aka nada pesta. Tapi pemerintahan baru Presiden Joko Widodo seperti ingin memberimu kado. Hadiah yang mengguncang batas kesadaran manusia. Pollycarpus ia bebaskan.

Polly seperti kata Menteri Hukum dan HAM Yassona Hamonangan Loly memang pantas bebas. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu  hanya menyebut apa yang dilakukan Polly hanya kejahatan pidana umum biasa.”Yang dilakukan Pollycarpus itu pidana umum biasa, yaitu pembunuhan dan dihukum melalui Peninjauan Kembali yang kedua yaitu 14 tahun,” katanya.

Pernyataan yang tentu kembali menambah duka. Janji pemerintahan baru menuntaskan kasus HAM sepertinya tidak perlu lagi ditagih. Omong besar itu cuman janji. Saat ini Polly sudah keluar dari bui. Kini kita tahu sebagian dari mereka kembali berjaya. Menjadi pembisik Presiden dan kembali akan memimpin lembaga telik sandi sebagian dari mereka. Semoga kau tenang disana.

Artikel ini ditulis oleh: