Jakarta, Aktual.co — Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar kembali menggelar “Petinget Rahina Tumpek Landep” yang ditandai dengan kirab, pameran keris dan saresehan.
Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra pada acara pembukaan “Petinget Rahina Tumpek Landep” di Denpasar, Rabu malam (15/10) mengatakan peringatan “Tumpek Landep” pada 18 Oktober 2014 sebagai kearifan lokal di Bali dengan representasi keris yang harus dihidupkan di era global dengan spirit yang terus dibangkitkan.
“Transformasi Tumpek Landep secara kekinian dengan fungsi dan makna arti keris yang harus diketahui oleh masyarakat, disamping pengetahuan tentang konsep lahiriah dan batiniah,” sambungnya.
Landep memiliki arti “ketajaman”, dengan fungsi keris tidak hanya untuk berperang saja, namun refresentasi keris sebagai religiusitas, kepemimpinan, dan kemasyarakatan dengan kearifan lokal yang tetap harus dibangkitkan.
Dalam era kekinian ketajaman yang dimaksud adalah ketajaman pemikiran yang inovatif menciptakan teknologi mutahir.
Konteks kekinian, menurut Rai Mantra pembuatan keris harus dihargai yang memerlukan kecerdasan dalam pembuatannya sebagai jiwa dan kekuatan.
Dikatakan dari zaman Nusantara dan Majapahit yang selalu menggunakan keris seperti zaman Bung Karno dengan spirit sebagai alat tempur yang memiliki kekuatan “inerpower”.
Dalam kegiatan ini diikuti sejumlah paguyuban dan tokoh keris Nusantara dari Jawa, Madura, Malang, dan Bandung dengan memamerkan berbagai jenis keris di Museum Bali.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Rai Mantra juga meluncurkan buku “Jelajah Keris Bali Seri 2” yang menyajikan informasi komprehensif dengan aneka ragam bahan dasar, teknologi, seleksi bahan sampai mewaspadai bahan beracun.
Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar Wayan Gatra mengatakan pelaksanaan kegiatan ini untuk memotivasi para perajin khususnya perajin pande besi dan emas perak di Kota Denpasar untuk dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitasnya dengan bertukar pikiran sesama perajin dan masyarakat.
Ia mengatakan berbagai kegiatan dilaksanakan mulai dari kirab keris sebagai pertanda dibukanya “Petinget Rahina Tumpek Landep”, Pameran Keris yang didukung oleh SNKI (Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia), pemerhati dan pecinta keris, komunitas pecinta Kujang, serta didukung juga pecinta keris dari luar daerah seperti Jawa, Madura, Malang, dan Bandung.
Selain memamerkan 150 keris dari kolektor keris tokoh masyarakat, Puri, Griya, pejabat pemerintahan dan komunitas keris lainnya juga memamerkan 50 buah Kujang yang merupakan senjata daerah Sunda.
Disamping itu juga dilaksanakan sarasehan yang bertajuk “Memuliakan Keris Pusaka dan Mengapresiasi Nilai Kebangsaan”, pada hari Kamis, 16 Oktober dengan pembicara Anak Agung Bagus Ngurah Agung, Prof Dr I Wayan Maba, dan Dr Ida Ayu Tari Puspa.

Artikel ini ditulis oleh: