Jakarta, Aktual.com —  Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah 14 poin menjadi Rp13.315 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.301 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah ke level Rp13.300 per dolar AS,” ujar Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis (25/6).

Pelemahan rupiah itu bersamaan dengan mayoritas mata uang di kawasan Asia merespon belum adanya kesepakatan dalam menyelesaikan krisis utang Yunani.

“Negosiasi antara Yunani dengan para pemberi utang masih berlangsung dan belum menemukan titik temu,” katanya.

Ia memperkirakan mata uang rupiah berpeluang terus mengalami tekanan selama belum adanya kepastian kesepakatan mengenai penyelesaian utang Yunani. Penyelesaian utang Yunani yang berlarut-larut akan memberikan tekanan bagi pasar keuangan di negara-negara berkembang.

Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pelemahan rupiah berpotensi terbatas menyusul kebijakan Bank Indonesia yang menerbitkan aturan makroprudensial dalam bentuk peningkatan rasio Loan to Value (LTV) atau rasio Financing to Value (FTV) untuk kredit properti dan penurunan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor.

Diharapkan, lanjut dia, kebijakan tersebut dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi karena sektor kredit properti dan kendaraan bermotor memiliki keterkaitan serta efek yang cukup besar kepada sektor-sektor ekonomi lainnya.

Di sisi lain, ia mengatakan bahwa masih baiknya respon investor terhadap lelang surat utang negara (SUN) juga dapat menjadi sentimen positif bagi rupiah ke depan.

Dalam Keterangan pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menyebutkan pemerintah menyerap dana sebesar Rp18 triliun dari lelang lima seri Surat Utang Negara untuk memenuhi sebagian pembiayaan dalam APBN, dengan total penawaran yang masuk mencapai Rp40 triliun. Hasil lelang yang dilakukan itu di atas target indikatif yang ditetapkan sebelumnya Rp12 triliun.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka