Semarang, Aktual.com — Silaturohim nasional para ulama Mursyidin Thoriqoh dihadiri dari seluruh penjuru dunia yang dipusatkan di Kota Pekalongan. Tak hanya pengunjung, santri, ulama, umaroh, kiai dan tokoh nasional, melainkan pula dihadiri unsur TNI-Polri.

Ribuan peserta konferensi Thoriqoh, dan pengunjung dari Jamiyyah Ahlit Thoriqoh al Mutabaroh An Nahdliyah memadati gedung HA Djunaid, Komplek Ponpes Modern Al Quran Buaran, Kota Pekalongan, Sabtu (16/1).

Dalam sambutannya, Ketua Jamiyyah Ahlit Thoriqoh al Mutabaroh An Nahdliyah (Jatman), KH Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya menyampaikan, disisi lain kegiatan Thoriqoh digelar setiap tahun dalam rangka memperkuat NKRI sebagai kekuatan nasional. Bilamana TNI-Polri, umaroh dan ulama maupun masyarakat bersatu untuk memperekat kekuatan nasional.

“Mengapa jamiyah Thoriqoh setiap tahun menggelar acara ini, lantaran ada kekuatan nasional bersama. Baik antara ulama, umaroh, masyarakat, TNI/ Polri bersatu, maka negara ini akan kuat,” ucap Al Habib.

Kedua, lanjut dia, pihaknya khawatir nilai-nilai nasionalisme dewasa kini oleh generasi sekarang mengalami degradasi mental. Maka dari itu, nilai kebangsaan harus ditanamkan bagi generasi bangsa masa sekarang dan mendatang.

“Maka dalam benak saya, obat apa yang paling cocok itu apa untuk mengantisipasi melepuhnya nilai-nilai kecintaan terhadap Indonesia. Maka, kita harus memberikan pendidikan nasional,” ujar dia.

Sebagai ulama, yang diapa akrab Al Habib Luthfi tak menganggap sebelah mata tradisi sedekah lain maupun sedekah bumi yang dilakukan para orang tua terdahulu. Hal itu semata-mata menumbuhkan nilai nasionalisme pada sebuah bendera merag putih yang dikibarkan.

“Seperti orang tua kita menggelar sedekah laut atau sedekah bumi, itu bukan budaya, tapi ada nilai nasionalisme. Dimana sebuah bendera yang dikibarkan. Bukan, masalah tumpeng atau sedekahnya, tapi kita melihat ada kecintaan pada negara itu,” beber dia.

Beliau menjelaskan bahwa salah satu alasan digelarnya konferensi ulama thoriqoh dengan tema Bela Negara ini adalah untuk membendung paham radikal, agar tidak berkembang. Bahwa Bela Negara yang dimaksud di sini bukanlah Bela Negara yang sempit; yaitu membela keamanan dengan angkat senjata. “Sama sekali bukan,” tegasnya.

Dalam kesempatan acara Silatnas ulama Mursyidan Thoriqoh, TNI/ Polri bertema “urgensi bela negara dalam keutuhan NKRI”, dihadiri pula Menteri Pertahanan RI Jenderal (Purn) TNI Ryamizard Ryacudu, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, tokoh NU KH Hasyim Muzadi, Walikota terpilih Pekalongan HA Alf Arslan Junaedi.

Hal senada dikatakan pula, KH Ali Mas Ali, selaku shobihul bait acara Silaturohim Nasional Ulama Mursyidin Thoriqoh, TNI, Polri dan umaroh, serta warga Nahdliyin. Dia mengatakan bila ulama, umaroh, TNI-Polri bersama-sama bersatu, maka sebagai upaya mencegah kekacauan negara.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu