Jakarta, Aktual.com — Rasulullah SAW menjadi teladan umat Muslim sedunia yang merupakan insan yang paling sempurna akhlaknya. Sehingga dikatakan bahwa Beliau “Rasul adalah Al Quran berjalan”. Setiap orang tua pastinya menginginkan anaknya menjadi insan yang soleh serta berpendidikan.
Ustadzah Nur Hasanah memberikan nasihat Islami berupa tahapan cara mendidik anak ala Rasulullah SAW, yang Insya Allah dapat mencerdaskan anak-anak keluarga Muslim, baik secara intelektual maupun emosional.
1. Mendidik anak usia 0 hingga 6 tahun, perlakukan anak sebagai “Raja”
“Anak usia 0-6 tahun merupakan usia emas atau ‘golden age’. Anak pada usia ini akan mengalami masa tumbuh kembang yang sangat cepat. Percepatan tumbuh kembang ini bisa dirangsang dengan mainan, karena mainan akan sangat membantu agar anak menjadi anak yang cerdas. Sedangkan, Rasulullah SAW sendiri menganjurkan kepada umat-Nya untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak kita yang masih berusia dari 0 hingga 6 tahun,” papar Ustadzah Nur Hasanah, kepada Aktual.com, di Jakarta, Jumat (04/03).
“Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.”
“Jangan marah-marah, Jangan banyak larangan, jangan rusak jaringan otak anak, pahami bahwa anak masih kecil dan yang berkembang adalah otak kanannya. Akan tetapi jadikan anak merasa aman, merasa dilindungi dan nyaman bersama orang tua. Ketika anak nakal maka janganlah membiasakan untuk dipukul supaya anak mau menurut. Memukul atau pun memarahi anak pada usia ini bukanlah cara yang tepat. Berikanlah kesempatan pada anak agar merasakan kebahagiaan yang berkualitas di masa kecil,” katanya lagi menjelaskan.
2. Mendidik anak usia 7 hingga 14 tahun, perlakukan anak sebagai “tawanan perang atau pembantu”
“Perintahkan anak-anakmu untuk salat saat mereka telah berusia 7 tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika mereka berusia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”(HR. Abu Dawud).
“Perkenalkanlah anak dengan tanggung jawab dan kedisiplinan pada usia ini. Kita bisa melatihnya mulai dari memisahkan tempat tidurnya dan mendirikan salat 5 waktu.”
“Pukullah anak ketika anak tidak mau mendirikan salat. Tapi bukan pukulan yang menyakitkan atau pukulan di kepalanya. Atau kita bisa membuat sanksi-sanksi ketika anak melanggar, namun sanksi yang diberikan usahakan sesuai dengan kesepakatan antara anak dan orang tua.”
“Dan, perlu diingat hati-hati dan waspada. Latih anak mandiri mengurus dirinya sendiri, misal cuci piring, cuci baju, menyetrika. Pelajaran mandiri ini akan bermanfaat banyak di masa depannya, untuk kecerdasan emosionalnya.”
3. Mendidik anak usia 15 hingga 21 tahun, perlakukan anak seperti “sahabat”
Anak pada usia ini adalah usia dimana anak akan cenderung memberontak, oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang baik kepada anak. Fungsinya yaitu, agar kita bisa meluruskan anak ketika anak berbuat kesalahan, karena kita dekat dengan anak dan sudah biarkan anak berjalan. Maksudnya yakni, biarkan anak dilepas agar lebih mandiri dan jadikan ia sebagai duta keluarga.
“Akan tetapi jangan sampai lupa untuk menimbulkan rasa nyaman pada anak bahwa kita orangtua namun bisa bersikap seperti sahabat setia. Sahabat setia yang siap mendengar segala cerita dan curahan hati anak, karena pada masa ini adalah masa pubertas untuk anak-anak.”
“Jangan sampai ketika anak-anak punya masalah namun mereka cari solusi dan cari curhat ke tempat orang lain. Didiklah anak dengan membangun persahabatan meskipun kita adalah orang tuanya, agar anak tidak merasa bahwa kita adalah orang ketiga yang tidak boleh tahu tentang permasalahan dirinya.”
“Para orang tua juga dilarang untuk memarahi dan menghardik anak di hadapan adik-adiknya atau pun di depan kakak-kakaknya. Maksudnya supaya harga dirinya tidak jatuh sehingga anak tidak merasa rendah diri. Jalinlah pendekatan yang baik kepada anak.”
Artikel ini ditulis oleh: