Jakarta, Aktual.com – Sudah banyak kalangan yang dibuat geram dengan cara Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memimpin di DKI Jakarta. Salah satu yang banyak dikecam adalah cara dia berkomunikasi. DPRD DKI bahkan pernah persoalkan cara Ahok bicara hingga menggulirkan Hak Etik, meski kemudian kandas di tengah jalan.
Banyak contoh lain dari cara komunikasi Ahok yang bikin orang bertanya-tanya. Misal yang agak terbaru, saat dia menyalahkan gulungan kabel di gorong-gorong sebagai upaya sabotase dari pihak tertentu agar Jakarta tetap banjir saat diguyur hujan awal Maret lalu.
Sebuah logika berpikir ala tudingan yang kemudian terbantahkan sendiri oleh temuan Polda Metro bahwa tidak ada sabotase di tumpukan kabel di gorong-gorong, melainkan dugaan pencurian. Lalu apakah Ahok kemudian mengaku salah sudah lontarkan tudingan? Tidak sama sekali.
Politisi PDI-P, Denny Iskandar punya pendapat mengenai cara berkomunikasi Ahok yang menggunakan cara-cara seperti itu. Menurut dia, cara Ahok berkomunikasi adalah memakai ‘demagogis’. “Memang ada orang yang doyan berkomunikasi dengan cara demagogis. Seperti Ahok ini,” ucap dia, saat dihubungi Aktual.com, Kamis (24/3).
Dijelaskan dia, demagogis sendiri merupakan cara berkomunikasi yang biasa dipakai untuk pencitraan, namun salah satunya adalah dengan cara menyalahkan orang lain, dikombinasikan dengan upaya ‘penyesatan logika’. “Ya seperti gaya Ahok ini,” ujar dia.
Meskipun demikian, mantan anggota tim sukses pasangan Jokowi-Ahok di Pilkada DKI 2012 lalu itu tidak mau membenarkan atau menyalahkan gaya demagogi Ahok. Dia memilih melanjutkan penjelasannya dengan membeberkan contoh-contoh lain yang pernah dilakukan si gubernur dan dianggapnya merupakan ciri demagog.
Misal, saat Ahok menyalahkan nyamuk dari Bekasi sebagai penyebab banyaknya kasus demam berdarah di Ibu Kota DKI Jakarta. “Gara-gara ketidakmampuan Pemprov DKI untuk menjaga endemi DBD, nyamuk Bekasi pun ikut disalahkan Ahok,” tutur dia sambil tergelak.
Contoh lainnya, Ahok menuding-nuding soal permintaan ‘mahar’ jika mau didukung PDI-P di Pilkada DKI. “Belakangan dia (Ahok) bilang partai ngga minta mahar,” ujar pria yang pernah menjadi Wakil Sekretaris Bidang Internal di DPD PDI-P DKI itu.
Demagogi, Upaya Pencitraan dan Penghinaan
Dihimpun dari berbagai sumber, demagogi sendiri bisa disebut sebagai cara tertentu yang dilakukan pemimpin politik atau penggerak massa, untuk meraih simpati. Demagogi lebih bicara soal janji dan menunjukkan bersimpati dengan problem di masyarakat, agar si pemimpin mendapat dukungan. Tapi cara lainnya adalah dengan menjelekkan lawan. Menyerang lawan sehingga terkesan hanya si pemimpin seorang yang bisa bicara soal kebenaran.
Dalam sebuah artikel yang ditulis Kasijanto Sastrodinomo, dijelaskan kalau kata itu diserap dari bahasa Yunani kuno ‘demagogia’. Terdiri atas demos (rakyat) dan ago (pemimpin). Jadi demagogi adalah “pemimpin rakyat”, atau demagog dalam bentuk kata ganti orang.
Di saat yang sama, tulis dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI) ini, demagogi menjadi kata penghinaan (derogatory) untuk sosok pemimpin politik yang menebar prasangka, tipu daya, dan hasutan. Filsuf Aristoteles bahkan mengaitkan demagogi dengan tradisi retorika sofistik yang dikritiknya sebagai upaya untuk menggapai suatu kemenangan tapi abai kebenaran.
Artikel ini ditulis oleh: