Busyro Muqoddas (ilustrasi/aktual.com)
Busyro Muqoddas (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com — Ketua PP Muhammadiyah bidang Hukum, Busyro Muqoddas, mengingatkan masyarakat Indonesia khususnya umat Islam agar berhati-hati memaknai kampanye penolakan bangkitnya komunisme yang tengah gencar dilakukan beberapa pihak akhir-akhir ini.

Hal itu disampaikan dimuka ratusan kader Muhammadiyah dalam acara Tabligh Akbar Milad ke-84 Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda atau KOKAM Muhammadiyah, di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Rabu (1/6) malam.

“Kita harus mewaspadai jangan sampai kita teradu domba, dijebak dengan isu PKI lagi, saya wajib mengingatkan,” tegas Busyro.

Diungkapkannya, sekitar tahun 1977, umat Islam terutama eks DI/TII pernah didekati oleh intelijen-intelijen ABRI dengan mengatakan bahwa Partai Komunis akan muncul di Indonesia pasca kekalahan dan pengusiran Amerika Serikat dari Vietnam. Intelijen ABRI itu, lanjut Busyro, menyerukan perlawanan umat Islam atas kemungkinan masuknya paham komunisme ke NKRI.

Tokoh DI/TII, Danu M Hasan, lantas merekrut sejumlah tokoh-tokoh Islam lain agar turut bergabung dalam organisasi baru yang disebut Komando Jihad. Dalam perjalanannya, lanjut Busyro, korban perekrutan paling banyak berasal dari kader Muhammadiyah lalu Nahdlatul Ulama. Korban tersebar di sejumlah wilayah seperti Sumsel, Sumut, NTB, NTT, termasuk seluruh Jawa.

“Setelah mereka masuk Komando Jihad, dalam waktu yang tidak lama mereka justru disweeping kala itu oleh tentara dan ditahan. Sebagian yang ditahan sampai saat ini masih menjadi klien kami di Pengadilan Negeri Sleman, Yogyakarta. Ini fakta,” ujar Busyro.

Tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti AR Fachrudin, Buya Safii Maarif, Haiban Hadjid dan lainnya sekitar 7 orang menurut penuturan Busyro juga sempat diajak orang-orang Komando Jihad untuk mendirikan negara Islam Indonesia. Namun, tokoh-tokoh Muhammadiyah tersebut tidak menggubris ajakan. “Jika saat itu pak AR Fachrudin tidak hati-hati merespon saya yakin dia sudah diseret menjadi tersangka Komando Jihad seperti yang lain,” kata Busyro.

Oleh sebab itu, Busyro mengingatkan bahwa kasus Komando Jihad ini sangat jelas dapat dijadikan contoh bagaimana umat Islam saat itu pernah dijebak dengan isu PKI. Total hampir 900 orang yang disweeping pihak tentara orde baru tersebut.

“Jangan sampai hal ini terjadi lagi karena kami punya data hasil riset tentang kasus ini (Komando Jihad) dan sudah dipertanggungjawabkan secara akademis. Bahwa ada persoalan-persoalan lain yang belum diungkap oleh mereka para pemerhati berbagai gejala munculnya ideologi lama PKI,” sindir Busyro.

Di lain sisi, Busyro menilai keberadaan PKI secara mendasar memang bertentangan dengan ideologi bangsa yakni Pancasila. Maka harus ditutup segala pintu kemungkinan hidupnya kembali paham komunisme ini melalui nama apapun juga, tidak harus dengan nama PKI. Ideologi ini sudah lengkap membuat sejarah hitam serta meninggalkan luka terhadap bangsa Indonesia terutama umat Islam.

“Muhammadiyah tegas menolak komunisme, jelas, tidak ada masalah,” tegas Busyro.

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis
Eka