Jakarta, Aktual.com — Harga minyak dunia akhirnya kembali tembus angka USD 50 per barel pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah cukup lama terperosok hingga titik terendah USD 30 per barel. Harga minyak mentah di Amerika Serikat (AS), untuk pengiriman Juli, ditutup naik 67 sen atau 1,3 persen ke angka USD50,36 per barel di New York Mercantile Exchange. Merupakan penutupan tertinggi sejak 21 Juli tahun lalu.
Sementara untuk Minyak Brent, yang merupakan patokan harga global, naik 89 sen atau 1,8 persen ke angka USD 51,44 per barel di ICE Futures Europe. Merupakan level tertinggi sejak 9 Oktober.
Dalam beberapa pekan terakhir harga minyak dunia memang mengalami pergerakan yang cukup positif lantaran terjadi penurunan produksi yang dipicu oleh terganggunya operasi beberapa produsen besar seperti Nigeria dan Kanada.
Serangan ke fasilitas minyak dan gas di Nigeria telah menyebabkan penurunan produksi. Delta Niger Avengers, sebuah kelompok militan baru di Nigeria, mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap pipa minyak dan gas di Nigeria.
Serangan tersebut telah memangkas produksi minyak Nigeria menjadi 1,6 juta barel per hari, jauh di bawah target pemerintah 2,2 juta barel per hari.
Sementara di Kanada yang merupakan salah satu negara yang terkenal sebagai produsen minyak terbesar harus menutup beberapa fasilitas minyak untuk mengurangi risiko akibat kebakaran besar yang melanda negara tersebut. Dengan penutupan tersebut pasokan minyak mentah ke dunia berkurang.
Permintaan yang meningkat dan berkurangnya stok minyak amerika juga ikut mendorong peningkatan harga minyak dunia.
Seperti dilansir dari The wall street journal bahwa The Energy Information Administration memgeluarkan rilis bahwa produksi minyak mentah AS turun 250 ribu barel per hari pada Mei jika dibandingkan dengan April.
Penurunan tersebut merupakan terbesar dalam satu bulan di tahun ini. Analis dan pelaku pasar mengharapkan dalam laporan selanjutnya stok minyak mentah domestik turun pada pekan lalu karena permintaan yang kuat dan penghematan dalam produksi baru.
“Faktor yang benar-benar fundamental telah membuat harga minyak menguat secara signifikan dalam enam sampai delapan minggu terakhir,” kata analis komoditas RBC Capital Markets, Michael Tran.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka