Jakarta, Aktual.com – Dalam pengajian yang berlangsung di Masjid Al Asyraf Muqattam, Kairo, Mesir, Syech Yusri Rusydi menyampaikan bahwa permohonan manusia kepada Allah SWT untuk mendapatkan satir atau tabir penghalang terbagi menjadi dua golongan.
Yakni ada yang memohon diberikan satir dalam perbuatan maksiat, karena takut ketahui orang lain dan ada pula yang memohon satir agar terhindar dari perbuatan maksiat itu sendiri , karena takut kepada Allah SWT.
Demikian di sebutkan oleh Imam Ibnu ‘Athoillallah As-Sakandari As-Syadzili dalam kitabnya Al Hikam :
السَّتْرُ عَلى قِسْمَيْنِ: سترٌ عَنِ المَعْصِيَةِ، وَسَتْرٌ فيها. فَالعامَّةُ يَطْلُبُونَ مِنَ اللهِ السَّتْرَ فيها خَشْيَةَ سُقوطِ مَرْتَبَتِهِمْ عِنْدَ الخَلْقِ، وَالخاصَّةُ يَطْلُبونَ مِنَ اللهِ السَّتْرَ عَنْها خَشْيَةَ سُقوِطِهِمْ مِنْ نَظَرِ المَلِكِ الحَقِّ.
“Tutup Allah itu terbagi dua, yaitu tutup dari (melakukan) maksiat dan tutup dalam maksiat. Orang awam meminta kepada Allah agar ditutupi dalam berbuat maksiat, karena khawatir jatuh kedudukannya dalam pandangan manusia. Namun orang khawaas (khusus) meminta kepada Allah agar ditutupi dari berbuat maksiat, karena khawatir jatuh kedudukannya dalam pandangan Sang Penguasa (Allah SWT )”.( Kitab Al Hikam ‘Athoiyah)
Syekh juga mengatakan bahwa untuk golongan yang pertama adalah orang-orang awam yang ketika melakukan maksiat mereka tidak memiliki rasa malu yang kuat kepada Allah SWT, yang terpenting baginya adalah orang lain tidak mengetahui maksiat yang sedang atau sudah ia perbuat.
Mereka tergolong orang-orang yang keimanannya lemah dan kurang memiliki adab kepada Allah SWT. Namun demikian mereka masih termasuk orang-orang yang beriman jika mengakui keharaman atas perbuatan maksiatnya tersebut dan berusaha untuk bertaubat.
Kurang memiliki rasa malu dan derajat keimanan yang relatif rendah membuatnya menjadi sosok pribadi yang sangat memiliki perhatian besar dalam mempertahankan citra baik di hadapan orang lain dan kurang memperdulikan citranya di hadapan Allah SWT.
Apabila engkau berada pada golongan tersebut (awwam), maka engkau tidak akan selamat dari perbuatan maksiat karena satir yang dipinta kepada Allah SWT hanya untuk menutupi keburukanmu dari pengetahuan orang lain saja, apabila engkau seperti itu keadaannya, maka akan ada satir atau tabir penghalang antara dirimu dan Allah SWT, berarti dirimu menutup diri dari pengawasan Allah SWT dan termasuk orang-orang yang lemah iman.
لِاَنَّ السَّتْرَ قَدْ يَكُوْنُ بَيْنَكَ وَبَيْنَ عَيْنِ الْخَلْقِ , وَقَدْ يَكُوْنُ بَيْنَكَ وَبَيْنَ عَيْنِ الْحَقِّ
“Karena tabir penghalang kadang berada diantara kamu dan penglihatan manusia, kadang pula tabir tersebut berada diantara kamu dan pengawasan Al Haq (Allah SWT) ” (Al Yusriyat)
Lebih lanjut Syekh mengungkapkan untuk golongan yang kedua yaitu orang-orang khawwas, mereka selalu memohon satir /tabir yang bisa menghalanginya dari berbuat maksiat, karena apabila melakukan perbuatan dosa, mereka takut martabatnya jatuh di hadapan Allah SWT.
Golongan kedua ini adalah mereka para wali-wali Allah SWT yang telah mencapai maqam ihsan yaitu:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” (HR: Muslim ).[Deden Sajidin]
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid