Jakarta, Aktual.com – Syech Dr.Yusri Rushdi Jabr Al Hasani pada peringatan maulid Nabi SAW di Madhyafah Cairo Mesir 7 Desember 2016 mengatakan bahwa baginda Nabi Muhammad SAW adalah rahmat bagi semesta alam, jika ditanya adakah orang yang seperti beliau, jawabannya tentu tidak ada.
Kita sedang membicarakan tentang sosok ciptaan Allah SWT yang tidak ada bandingannya, karena ia adalah seorang utusan Allah SWT Yang tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang rasul yang paling utama dan tidak ada satu pun dari kalangan para rasul yang dapat menyamai kedudukannya.
Allah SWT menyatakan di dalam Al Quran tentang kedudukan Rasulullah SAW dengan pernyataan istimewa yang tidak diungkapkan bagi para nabi dan rasul yang lain. Diantara keistimewaan beliau SAW adalah kesaksian Allah SWT kepada beliau bahwa ia adalah utusan-Nya, firman-Nya:
وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
“Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” [QS: Al Munafikun/63 ayat 1]
Dan Allah SWT menjadikan beliau SAW sebagai saksi bagi seluruh umat manusia dari setiap generasi, firman-Nya :
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ شَهِيدًا
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka (semua) itu (sebagai umatmu)” [QS: An-Nisa/4 ayat 41]
Di dalam ayat-ayat Al Quran, tidak ada seorang pun makhluk yang mendapatkan keistimewaan seperti keistimewaan yang telah Allah SWT berikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, apalagi jika kita menggali keutamaan Rasulullah SAW dari berbagai riwayat di dalam as-sunnah dan dari berbagai pandangan para awliya.
Siapapun yang ingin mengetahui keutamaan beliau SAW maka hendaklah ia membaca Al Quran karena Siti Aisyah RA -sebagai orang yang paling afdhal (menurutku) dalam hal menyanjung Nabi Muhammad SAW- ketika ditanya tentang budi pekerti Rasulullah SAW ia menjawab :
قالت : كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنُ صحيح مسلم
“Aisyah RA berkata: Akhlaq Rasulullah SAW adalah Al Quran”[HR:Muslim]
Pernyataan tulus Siti Aisyah RA tersebut sangatlah singkat namun mengandung setiap nilai keagungan.
Apabila Al Quran adalah mukjizat, maka budi pekerti Nabi SAW pun adalah mukjizat, jika Al Quran merupakan mukjizat yang tidak terbatas, maka pengamatan dan pembahasan atas sejarah perjalanan hidup baginda Nabi SAW dan budi pekertinya yang mulia tidak akan pernah ada habisnya sepanjang zaman.
Allah SWT telah memberikan karunia kepada umat islam berupa rasa cinta terhadap baginda Nabi Muhammad SAW, bahkan ahli maksiat sekalipun memiliki kecintaan dan kerinduan kepadanya.
Sedangkan umat-umat yang lain tidak dikaruniai perasaan tersebut terhadap para nabi dan rasulnya, kita tidak akan menemukan non muslim yang mencintai dan merindukan nabinya sendiri sebagaimana umat islam mencintai nabi Muhammad SAW.
Seorang yahudi yang alim pun tidak ada yang membuat qasidah sanjungan cinta dan kerinduan atas nabi mereka Musa AS, demikian pula dengan para pengikut Nabi Isa AS tidak satu pun yang mengarang syair maupun qasidah yang menggambarkan kecintaan atas nabinya.
Bandingkan dengan umat islam dalam hal kecintaan mereka terhadap Rasulullah SAW yang apabila setiap karya sastra tentang sanjungan , kecintaan dan kerinduan atas Nabi SAW dikumpulkan sejak zaman Hisan bin Tsabit RA (ahli syair dari kalangan sahabat Nabi SAW) sampai sekarang maka lembaran karya-karya tersebut tentu akan memenuhi jalanan (saking banyaknya) belum lagi karya sastra yang menggambarkan keluhuran budi pekerti Nabi SAW yang akan terus mengalir dari generasi sekarang hingga akhir zaman.
Ikatan bathin kaum muslimin atas Nabi Muhammad SAW sangat luar biasa dahsyat dan ikatan tersebut tidak dirasakan oleh umat yahudi maupun nasrani terhadap nabi-nabi mereka.
Bahkan dari umat yahudi ada sekelompok yang tega menyakiti nabi Musa AS yang mereka percayai sebagai nabi mereka sendiri, hal tersebut dihikayatkan dalam Al Quran :
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَد تَّعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku? sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu” [QS: As-Saf/61 ayat 5]
Adapun kaum muslimin yang mempercayai kenabian Rasulullah SAW justru tidak akan mampu bersabar menahan diri membiarkan orang lain menyakiti / menistakan terhadap Nabi Muhammad SAW, karena penghinaan atas beliau SAW terasa lebih berat di hati umat islam ketimbang penghinaan atas diri mereka sendiri. [Deden Sajidin]
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid