Pengamat Migas, Iwan Ratman

Jakarta, Aktual.com- Dunia dirasa sudah terbolak balik, setidaknya hal ini dikatakan Pengamat Migas, Iwan Ratman dalam menyaksikan tata kelola dan kebijakan energi nasional, pasalnya terlihat konyol bahwa disatu sisi PLN akan impor LNG dari Singapura dan di sisi lain Pertamina akan ekspor LNG ke negara Bangladesh.

Dengan alasan minimnya infrastruktur gas nasional dan membuat harga gas domestik tidak ekonomis, PLN menggandeng Keppel Ofshore dan Pavilion Energy asal Singapura untuk kerjasama dan pemanfaatan infrastruktur perusahaan itu.

Sedangkan Pertamina dengan kenyataan banyaknya alokasi gas yang tidak terserap oleh pasar domestik, Pertamina ekspansi ke Bangladesh untuk menyuplai LNG, bahkan Pertamina akan membangun infrastruktur di negara itu.

“Dunia kebalik-balik,” kata Iwan, Sabtu (16/9).

Menurutnya kelemahan sinergi antar BUMN merupakan bentu ketidakmampuan para pemangku kebijakan dalam manajerial BUMN untuk kepentingan nasional. Selain memang banyak pejabat yang tidak memahami pengelolaan energi itu sendiri.

“Banyaknya pucuk pimpinan disektor energi tidak dipegang oleh orang yang mengerti dan menguasai filosofi pengelolaan energi yang paripurna, ironis memang,” pungkas Iwan Ratman.

Sebagaimana yang telah dikatakan, Pertamina akan mengembangkan bisnis di negara Bangladesh sebagai bentuk implementasi kesepakatan kedua negara dalam kerjasama di sektor energi yang ditandatangani oleh Meteri ESDM, Ignasius Jonan dengan Menteri Negara Listrik, Energi, dan Sumber Daya Mineral Bangladesh, Nasrul Hamid pada Jumat (15/9).

Direktur Gas Pertamina, Yenni Andayani menjelaskan nantinya selain melakukan suplai LNG ke Bangladesh, Pertamina juga akan membangun fasilitas penerimaan LNG yang terdiri dari Floating Storage and Regasification Unit (FSRU), mooring dan infrastruktur off-loading, sub-sea dan pipa gas onshore ke grid gas alam.

“Ini baru awal kerjasama, dibuka kesempatan untuk pengembangan bisnis, kita akan bicara lebih lanjut teknisnya nanti,” kata Yenni pada cara penandatanganan tersebut.

Sementara diketahui, masih banyak kargo gas Idonesia yang belum terserap, dan kargo gas yang tidak terserap ini memiliki tren yang terus meningkat. Pada 2014 ada 22 kargo, rinciannya 16 kargo diekspor dan sisanya untuk domestik. Setahun kemudian membengkak jadi 66 kargo, rinciannya 60 kargo diekspor dan 6 kargo untuk dalam negeri. Tahun lalu juga ada 66,6 kargo tidak terserap, rinciannya 43 kargo diekspor dan 23,6 kargo untuk dalam negeri.
Pewarta : Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs