Pada strategi neokolonialisme (penjajahan gaya baru), perang asimetris (nonmiliter) merupakan metode favorit negara adidaya untuk menancapkan kuku kolonialismenya.
Untuk itu, serangan dilakukan menggunakan tiga tahapan pola yang disebut ITS (isu, tema, skema), sebagaimana disebutkan oleh Kenichi Ohmae dalam bukunya yang berjudul ‘The End of the Nation State’.
Isu, menurut Ohmae, ditebar pada forum-forum akademis untuk dilempar ke publik sebagai ‘test the water’. Isu yang dilempar ke publik ini untuk membangun benturan-benturan, baik benturan ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, termasuk di dalamnya konflik peradaban, agama, mazab, dll. Celakanya, selama ini kita sering terjebak dan hanyut hanya pada tataran isu, tidak peduli ada apa di balik itu.
Selesai penebaran isu, dimunculkanlah tema atau agenda lanjutan. Bila tema bisa diterima oleh publik, barulah dijalankan skema kolonialisasi, yakni penguasaan ekonomi dan pencaplokan sumber daya alam. Serangan bisa gagal di tataran isu, bisa juga berhasil.
Kegagalan terjadi karena bentuk serangan terbaca oleh publik. Publik kemudian melakukan kontrastrategi sehingga isu tinggal isu, tak dapat melaju menjadi tema maupun skema. Di sinilah, teman-teman, debat berbantahan sering kita saksikan di media massa maupun medsos antara pihak yang sudah termakan isu dan pihak yang sedang melakukan kontrastrategi.
Semakin banyak orang termakan isu, maka isu pun melaju ke tahapan berikunya, menjadi sebuah tema atau agenda, kemudian mendarat sukses ke skema kolonial: penguasaan ekonomi dan pencaplokan sumber daya alam.
Mari bangun ketahanan diri BANGSA ini untuk tidak mudah termakan isu yang ditebarkan oleh para komprador-komprador berbaju politisi, akademisi, aktivis LSM, dan entah apa lagi. Waspadalah!
M. Djoko Yuwon, Wartawan Senior dan Budayawan.