Seoul, Aktual.com – Perutusan Korea Utara dan Korea Selatan bertemu pada Jumat untuk membicarakan temu ulang pertama dalam sekitar tiga tahun bagi keluarga terpisah oleh Perang Korea, dengan Palang Merah membuka jalan untuk itu.
Upaya itu adalah salah satu langkah, yang dijanjikan pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in untuk meningkatkan hubungan memburuk akibat program nuklir dan peluru kendali Korut.
Pertemuan pada Jumat itu, yang dimulai pada 08.00 WIB di hotel di loka wisata Korut di Gunung Kumgang, terjadi setelah kedua pihak pada April sepakat melakukan temu ulang demi menandai hari libur nasional pada Agustus.
“Kami harus melakukan upaya untuk hasil baik hari ini dengan saling percaya dan mempertimbangkan satu sama lain,” kata Pak Yong-il, pemimpin perutusan Korut.
“Kami juga harus berpisah dengan masa lalu dan menyusuri jalan yang telah diruntuhkan oleh para pemimpin kita,” tambah Pak, wakil kepala badan Korut untuk mendukung reunifikasi, Komite untuk Penyatuan Kembali Damai Tanah Air.
Pejabat Korsel telah menyebut kunjungan antara keluarga terpisah untuk melanjutkan sebagai “masalah kemanusiaan dan hak asasi manusia”, terutama karena banyak orang yang sekarang di usia 80-an.
Temu ulang pada masa lalu, beberapa yang disiarkan di televisi, seringkali menguras air mata, dengan pertemuan tatap muka yang berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan. Reuni terakhir diadakan pada 2015.
Korsel juga berusaha untuk melanjutkan konferensi video dan pengiriman surat antar keluarga yang terpisah oleh perbatasan.
Sejak 2000, sekitar 23.676 orang Korea yang terpisah, dari Korut dan Korsel, telah bertemu atau berinteraksi melalui tautan video sebagai bagian dari program, kata wadah pemikir dari Institut Penelitian Hyundai.
Pada Maret, 56 persen dari 131.531 pemohon Korsel untuk reuni seperti itu telah meninggal, tambahnya.
Tidak jelas apakah Pyongyang telah melemahkan kondisi yang sebelumnya ditetapkan untuk melanjutkan reuni, bahwa Seoul mengembalikan 12 wanita Korea Utara pekerja sebuah restoran yang dikelola Korut di China dan membelot ke Korsel secara berkelompok pada 2016.
Beberapa wanita mengatakan pada Mei mereka dipaksa pergi, sementara para pejabat Korsel mengatakan mereka mencoba memverifikasi laporan mereka.
Baru-baru ini pada Mei, organisasi Palang Merah Korut mendesak Korsel untuk mengembalikan para wanita “tanpa penundaan”.
Pembicaraan perwakilan Palang Merah Korsel berakhir pada Kamis di kota perbatasan timur Goseong di Korsel dan dijadwalkan untuk pertemuan di Korut pada Jumat pagi.
“Kami akan berdiskusi baik mengenai masalah kemanusiaan dengan Korut dan bagaimana kami akan meredakan rasa sakit dari 57.000 anggota keluarga yang terpisah,” kata Park Kyung-seo, presiden Palang Merah Korea di Seoul yang mengepalai delegasi Korsel, Kamis.
Hubungan telah menghangat saat Korut dan Amerika Serikat telah membaik setelah Kim bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Singapura pekan lalu pada pertemuan puncak pertama kedua negara tersebut.
Perang Korea 1950-1953 diakhiri hanya dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian, meninggalkan petempur secara teknis masih berperang.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan