Hari raya Idhul Adha oleh umat Islam disebut sebagai hari raya haji. Selain itu banyak juga yang menyebutkan hari raya Idhul Adha sebagai hari raya Qurban. Peristiwa Qurban sebenarnya sudah terjadi sejak jaman Nabiyullah Adam as. Namun secara syariat anjuran berqurban sebenarnya dilatarbelakangi oleh ketika Nabiyullah Ismail as bersedia disembelih oleh ayahandanya Nabiyullah Ibrahim as.
Peristiwa bersedianya Nabiyullah Ismail as ini memberikan ibrah kepada kita, bahwasanya melaksanakan perintah wajib dari Allah SWT adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditolerir. Selain itu peristiwa ini juga memberikan pembelajaran kepada kita, bagaimana perasaan Nabiyullah Ibrahim as harus ikhlas menyembelih anak semata wayangnya, yang sudah sekian lama dia tunggu-tunggu dan dambakan sejak menikah dengan Siti Sarah namun tidak dikaruniai anak, sampai kemudian oleh Siti Sarah, Nabiyullah Ibrahim as diikhlaskan untuk menikahi Siti Hajar yang barulah dia mendapatkan keturunan. Namun ketika hendak beranjak dewasa anak tersebut harus dia korbankan untuk disembelih.
Dari peristiwa pengorbanan dua Nabiyullah ini, harus kita pahami bahwa untuk mencapai derajat makrifat kepada Allah SWT, tidak bisa hanya sekedar ucapan di lisan saja. Tidak bisa hanya sekedar menjalankan perintah saja. Namun harus dibarengi dengan hati yang ikhlas dalam menjalankan perintah tersebut. Ketika kita mampu mempersembahkan hati yang ikhlas dalam menjalankan perintah Allah, barulah kemudian kita akan mencapai derajat Ihsan.
Allah SWT berfirman di dalam surat Al Kautsar:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ
Innā a‘ṭainākal-kauṡar(a).
Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Faṣalli lirabbika wanḥar.
Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Inna syāni’aka huwal-abtar(u).
Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).
Dari ayat tersebut bahwa Allah SWT ingin menyampaikan kepada umat Nabiyullah Muhammad Saw, bahwa telah banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Di dalam Surat Ar-Rahman pun, Allah SWT telah berkali-kali menyampaikan teguran kepada kita “Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan“.
Rasulullah Saw bersabda: ‘Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah swt“. Dari hadits ini juga memberikan pelajaran, bahwasanya bersyukur atas nikmat Allah itu tidak hanya sekedar nikmat yang langsung diberikan oleh Allah seperti nikmat kesehatan, nikmat kepintaran, nikmat rezeki, dll. Tetapi juga nikmat yang diberikan oleh Allah lewat perantara manusia seperti fasilitas zawiyah Arraudhah, fasilitas beasiswa pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana penunjang pendidikan patut kita syukuri.
Caranya bagaimana? Dengan kita merawat, menjaga, dan tidak menyia-nyiakan fasilitas yang ada, itu merupakan bentuk rasa terimakasih kita kepada orang yang telah memberikan fasilitas tersebut.
Setelah mensyukuri nikmat, di ayat berikutnya Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk melaksanakan Sholat dan berkurban. Artinya tidak cukup hanya sekedar kita melaksanakan shalat. Walaupun di ayat yang lain Allah SWT menyampaikan bahwasanya “Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar”. Setelah sholat maka laksanakan kurban.
Kurban di sini jangan hanya diartikan sebagai dengan menyembelih hewan yang telah ditentukan oleh syariat. Tapi kurban juga dapat diartikan sebagai perbuatan Khidmah. Yakni memberikan pengorbanan dengan memberikan pelayanan terbaik secara ikhlas karena Allah dan secara sukarela kepada hamba-hamba Allah yang Sholeh.
Siapa saja mereka? Yakni para Guru-guru dan Masyaikh kita, para Alim ulama. Seperti yang pernah diajarkan oleh Para Msyaikh kita bahwa Khidmah adalah cara paling cepat untuk mencapai tingkat kemakrifatan. Mengapa demikian? Karena dengan Khidmah, maka akan menghilangkan rasa egoisme dalam diri kita. Dengan Khidmah maka akan menghilangkan sifat keakuan kita.
Dan yang paling penting dengan Khidmah, maka kita akan didoakan oleh orang yang kita khidmahi, contohnya Guru, maka dengan keikhlasan guru tersebut kita akan didoakan, dengan doa-doa yang terbaik. Maka dengan semakin banyak kita memberikan Khidmah kepada guru-guru kita, maka semakin banyak pula kebaikan yang akan kita terima di kemudian hari.
Di ayat terakhir surat Al-Kautsar, Allah menyampaikan “Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)“. Oleh karenanya jangan pedulikan orang-orang yang mencemooh, nyinyir, irih, dengki kepada kita. Karena dengan semakin orang tersebut melakukan tindakan demikian, maka semakin jauh lah dia dari Rahmat Allah SWT.
Wallahu a’lam…