Jakarta, Aktual.com – Di dalam kajian ilmu hadits, kita mengenal seorang ulama ahli hadits yang bernama Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi yang dikenal sebagai penyusun kitab Sunan Tirmidzi.
Ada juga seorang ulama yang memiliki nama sama dengan Imam Tirmidzi yaitu al-Hakim at-Tirmidzi. Berbeda dengan Imam Tirmidzi, al-Hakim at-Tirmidzi lebih konsen terhadap ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tasawuf, berikut biografinya:
Abu Abdullah Muhammad bin Ali al-Hasan bin Basyir bin Harun atau yang lebih dikenal sebagai al-Hakim at-Tirmidzi, seorang ahli hadits yang zuhud. Lahir di Tirmidz sekitar 205 H dan wafat di sana sekitar 320 H.
At-Tirmidzi mulai belajar ilmu hadits dan ilmu nalar sejak berumur 8 tahun. Ketika berusia 27 tahun, beliau bertekad untuk pergi haji. beliau melewati irak untuk sekaligus mencari hadits. Saat tiba di kota Makkah seperti yang beliau tuturkan sendiri—hatinya tergerak untuk benar-benar bertobat serta keluar dari segala hal yang samar dan yang tampak. Beliau berdoa agar Allah memperbaiki dirinya dan membuatnya zuhud di dunia.
Kala pulang ke Tanah Air, dalam dirinya tumbuh keinginan kuat untuk menghafal Al-Quran. Sejak itulah beliau mulai menghafalnya. Pada waktu yang sama, beliau juga mencari seorang syekh (guru) yang dapat membimbingnya ke jalan takwa, tapi tidak menemukan, Akhirnya beliau mendengar ucapan ahli makrifat dan tertarik dengan buku al-Anthoki,” Darinya beliau belajar “latihan jiwa” atau olah ruhani. Saat itulah beliau banyak menyendiri di gurun pasir. Dari sana, tersingkaplah berbagai pengertian dan tajalli (manifestasi ketuhanan).
Al-Tirmidzi juga bercerita bagaimana dirinya diterpa cobaan. Ia dituduh melakukan kesalahan, berbuat bid’ah, dianggap mengaku sebagai nabi, berbicara tentang cinta, dan menyesatkan manusia. Tuduhan ini disampaikan kepada pemimpin Balkh yang kemudian melarang ia berbicara tentang cinta lagi. Bagi al-Tirmidzi, ujian dan cobaan itu justru memacunya untuk membersihkan hati dan mengendalikan diri.
Guru dan Murid al-Tirmidzi
Semasa hidupnya, al-Tirmidzi memiliki beberapa orang guru. Guru-gurunya itu, sebagaimana disebutkan dalam Tarikh Baghdid, Lisan al-Mizan, dan Mizan al-I’tidal adalah:
Ayahnya, Ali ibn al-Hasan al-Tirmidzi.
Qutaybah ibn Sa’id al-Tsagafi al-Balkhi
Shalih ibn “Abdullih al-Tirmidzi.
Shalih ibn Muhammad al-Tirmidzi.
Sufyan ibn Waki.
Al-Hasan ibn Amr ibn Syagig al-Balkhi.
Ahmad ibn Khadhrawayh.
Abu Turib al-Nakhayabt,
Yahyd ibn Mu’adz al-Razi.
Yagub ibn Syaybah ibn al-Shalt.
Tampak jelas bahwa beliau berguru kepada ulama-ulama ternama, antara lain ahli figih, ahli hadis, sufi, juga zahid. Beliau diajari langsung oleh Ahmad ibn ‘Ashim al-Anthaki. Ibn Hajar mengatakan bahwa guru al-Tirmidzi banyak sekali. Nama-nama di atas hanyalah guru-gurunya yang banyak membentuk kehidupan dan aktivitas keilmuan al-Tirmidzi.
Al-Tirmidzi Menurut Tokoh
Al-Hujwairi (w. 469 H) dalam Kasyf al-Mahjub’ menyebutkan delapan judul karya al-Tirmidzi, antara lain tafsir Al-Ouran. Menurutnya, beliau meninggal dunia sebelum sempat menyelesaikannya.’ Al-Hujwairi juga menyebutkan bahwa al-Tirmidzi pernah berguru kepada salah satu sahabat dekat Abu Hanifah dan Abu Bakar al-Warraq.
Di samping itu, Al-Hujwairi menisbahkan beliau dengan salah satu tarekat bernama al-Hakimiyyah serta secara khusus membicarakannya dalam satu bab bukunya. Menurutnya, al-Tirmidzi menjadi rujukan pemikiran mereka dalam hal kewalian.
Itulah biografi ringkas dari seorang ulama tasawuf yang menjadi rujukan.
Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi





















