Jakarta, Aktual.com – Harga minyak mentah dunia diprediksi akan terus mengalami kenaikan hingga penghujung tahun 2021. Saat ini harga minyak sudah hampir tembus $80 per barel.

Bahkan diprediksi harga minyak dunia akan melewati $90 per barel hingga bisa menembus di angka $100 per barel jika negara-negara anggota OPEC yang akan melakukan pertemuan bersepakat untuk menjaga harga di kisaran angka tersebut.

Tentunya ini menjadi kabar yang baik bagi negara-negara penghasil minyak yang menyebabkan perusahaan minyak mereka semakin bersemangat untuk meningkatkan produksinya.

Jika harga minyak dunia terus mengalami kenaikan maka secara otomatis akan mempengaruhi harga jual BBM di dalam negeri, dimana Indonesia masih sangat bergantung terhadap impor untuk mencukupi kebutuhan.

Sebagaimana telah kita ketahui sejak 2002 Indonesia telah menjadi negara net importir, saat ini kebutuhan BBM dalam negeri sekitar 1,5 juta barel per hari, sedangkan produksi dalam negeri hanya di kisaran 600 barel per hari.

Menjadi permasalahan adalah bahwa negara sudah tidak lagi memberikan subsidi terhadap harga BBM yang dijual di SPBU, kecuali hanya sedikit untuk wilayah 3T. Sehingga beberapa pekan depan harga jual BBM akan mengalami kenaikan.

Sudah siapkah kita dengan kondisi seperti ini? Di kala perekonomian nasional tengah bangkit seiring menurunnya kasus Covid-19 di kisaran 1.000-2000-an kasus positif per hari, ternyata akan menghadapi tantangan berikutnya yakni melonjaknya harga minyak dunia.

Hanya ada dua pilihan yang dapat dilakukan oleh pemerintah yakni mengembalikan rezim BBM subsidi seperti zaman Presiden SBY, atau menyiapkan sumber energi alternatif dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.

Namun pilihan kedua menjadi pilihan yang tidak mungkin, mengingat infrastruktur energi yang dimiliki Indonesia masih sangat terbatas. Apalagi Indonesia masih sangat bergantung terhadap energi minyak.

Semoga saja tingginya harga minyak tidak berlangsung lama. Karena harga yang terus-menerus naik akan menguras devisa negara, dimana saat ini Indonesia tengah membutuhkan penerimaan.

Artikel ini ditulis oleh: