Jakarta, aktual.com – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Rusdi Masse Mappasessu mempertanyakan data ketersediaan stok pangan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam rangka mengantisipasi gejolak harga pangan jelang hari besar keagamaan dan momentum libur akhir tahun. Pasalnya, menurut Rusdi, di tengah anggaran Kementan tahun 2022 yang berkurang, produksi pangan tetap tidak berubah dari tahun sebelumnya.
“Terdapat catatan yang telah kami himpun dan perlu diperhatikan. Di antaranya masalah anggaran yang berkurang setiap tahun, namun jumlah produksi tidak berubah signifikan. Bila anggaran Kementan menurun, kegiatan produksi juga turun. Ini menjadi pertanyaan mendasar bagi kami terkait validitas data produksi, cara perhitungan produksi dan target,” ucap Rusdi di Gedung Nusantara, Jakarta, Selasa (15/11) kemarin.
Sebagai contoh, pada bulan Mei 2022 lalu, Kementan menyatakan 3 (tiga) tahun tidak ada impor beras. Akan tetapi, berdasarkan data BPS, masih terdapat impor selama tiga tahun terakhir. Secara berturut-turut mulai dari 444.508 ton, 356.286 ton, hingga 407.741 ton.
Di sisi lain, Politisi Fraksi Nasional Demokrat (F-Nasdem) itu juga menyayangkan komitmen Kementan mengenai produksi kedelai. Sebab, menurutnya, Menteri Pertanian pernah berjanji akan menuntaskan permasalahan kedelai dalam dua musim tanam. Namun, hingga kini, produksi dan produktivitas kedelai belum terlihat meningkat signifikan. Sehingga, kebutuhan dalam negeri masih mengandalkan impor.
“Soal target peningkatan produksi kedelai dinilai (seperti) lagu lama yang tidak pernah terselesaikan. Persoalannya, slogan pencapaian swasembada tidak diiringi dengan penyiapan atau ketersediaan benih dalam negeri,” jelas dia dalam keterangan tertulis di situs DPR.
Legislator Dapil Sulawesi Selatan pun akhirnya kembali mempertanyakan kesiapan Kementan untuk mengantisipasi krisis pangan. Dirinya menekankan Kementan harus memiliki blue print pembangunan sektor pertanian jelas, terukur, dan realistis.
“Komisi IV DPR RI meminta agar semua kegiatan strategis serta berdampak langsung terhadap peningkatan produksi dan perbaikan nilai tambah produk pertanian agar diperhatikan. Termasuk di dalamnya, kegiatan-kegiatan yang merupakan aspirasi dari masyarakat,” tutur dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Megel Jekson