Jakarta, Aktual.com – Sayyidah Zainab Al-Kubra Ra lahir pada 5 Jumadil Awwal di tahun kelima atau keenam Hijriah di Madinah. Penamaan Zainab diserahkan kepada Rasulullah Saw melalui pesan Ilahi dan wahyu menamai putri tersebut dengan nama Zainab yang bermakna ‘pohon yang indah’ atau rangkapan dari dua kalimat “zainun” dan “abun” yang bermakna keindahan sang ayah.

Sayyidah Zainab adalah wanita muslimah teladan, memiliki kepribadian multidimensi. Beliau juga sosok yang pandai, berpengalaman, ahli ibadah, memiliki makrifat yang tinggi. Siapa saja yang berhadapan dengannya akan tertunduk menyaksikan keagungan ilmu dan akhlaknya.

Putri mulia dari Ali bin Abi Thalib. Dan wajar saja jika keberanian, kecerdasan juga berakhlak mulia seperti ayahnya yang tiada pemuda kecuali Ali Ra. Ibundanya adalah Fatimah Azzahra putri tercinta Nabi Muhammad Saw.

Dengan kesabaran yang tiada tara, Zainab menjelaskan kepada umat akan apa sebenarnya yang terjadi dan misi apa yang diperjuangkan oleh Kakaknya Al-Husein Ra Kesabaran putri Ali itu adalah bagian dari perjuangan dan aksinya dalam beramar ma’ruf nahi mungkar.

Dalam khotbahnya, Zainab menerangkan kedekatan hubungannya dengan Nabi Saw dengan menyebut beliau dengan sebutan ayah. Dengan cara ini, Zainab dapat menggugah kesadaran umat untuk mengerjakan yang ma’ruf dan menolak kemungkaran.

Perjalanan hidupnya yang paling penting adalah perjalanan sejarahnya menuju ke Karbala yang memiliki peranan yang sangat bermakna dalam perjuangan Al-Husain Ra. Di samping musibah yang secara bersama-sama dilaluinya bersama saudaranya ia juga menanggung musibah atas syahid saudaranya.

Zainab menjadi penanggung jawab bagi tawanan perang keluarga Nabi Saw yang terdiri dari anak-anak dan orang-orang yang sakit. Ia juga berkewajiban untuk merawat putra satu-satunya dari Al-Husain yang bernama Ali Zainal Abidin Al-Sajjad yang ketika itu sedang sakit. Kepribadian nan luhur yang sangat jarang ditemukan pada setiap seorang.

Basyir bin Khuzaim al-Asadi berkata: “Aku melihat Zainab binti Ali Ra saat itu. Tak pernah kusaksikan seorang tawanan yang lebih piawai darinya dalam berbicara. Seakan-akan semua kata-katanya keluar dari lisan Amirul Mukminin Ali Ra.”

Sayyidah Zainab mengungkapkan pidatonya dihadapan penguasa kufah.

“Ya, aku bersumpah demi Allah, perbanyaklah kalian menangis dan kurangilah tertawa kalian, sebab kalian telah mencoreng diri kalian sendiri dengan aib dan cela yang tidak dapat dihapuskan selamanya. Bagaimana mungkin kalian akan mampu untuk menghapuskan darah suci putra Nabi sedangkan orang yang kalian bunuh adalah cucu penghulu para nabi, poros risalah, penghulu pemuda surga,” ucapanya dihadapan Ibnu Ziyad.

Zainab telah menyampaikan pesan Asyuro yaitu menghidupkan ajaran Islam sesuai syariat Nabi Muhammad Saw. menumbuhkan keadilan di masyarakat. Memberikan penjelasan kepada masyarakat akan kebenaran yang di sampaikan oleh Al-Husein sang penghulu pemuda surga dalam beramal ma’ruf dan nahi mungkar. Wallahua’alam.