Jakarta, Aktual.com – Sebuah polling yang diadakan oleh pegiat media sosial Denny Siregar di akun Twitter-nya @Dennysiregar7 mengejutkan banyak netizen. Dalam polling yang menanyakan siapa yang akan dipilih jika Pilpres hanya tersisa dua kandidat, yaitu Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, hasilnya menunjukkan bahwa 55% pemilih lebih memilih Prabowo daripada Ganjar yang hanya mendapatkan 45% pilihan.
Ribuan netizen bereaksi atas hasil polling tersebut, dengan sebagian besar menunjukkan dukungannya terhadap Prabowo. Beberapa komentar menyinggung preferensi Denny Siregar yang sebelumnya diketahui sering mengagung-agungkan Ganjar Pranowo dan ujaran kebencian terhadap Prabowo Subianto. Namun, polling yang dilakukan Denny Siregar menunjukkan hasil yang berbeda, dengan lebih banyak pemilih memilih Prabowo sebagai calon presiden.
Sebagai contoh, akun Twitter @asticip menyatakan preferensinya terhadap Prabowo dengan alasan Denny Siregar terlihat lebih sering mencela Prabowo. Begitu pula dengan akun @Jajasuhana2 yang mengungkapkan banyak haters Prabowo yang mengikuti Denny. Bahkan, beberapa netizen menyatakan perubahan preferensi politik mereka, seperti akun @arielckepz yang dulunya mendukung Jokowi selama dua periode, kini beralih mendukung Prabowo.
Denny Siregar dikenal karena sering memposting ujaran kebencian kepada Prabowo Subianto dan secara terang-terangan mengagungkan Ganjar Pranowo sebagai calon pilihannya. Namun, polling yang diadakannya di Twitter menunjukkan keberbedaan hasil yang mengejutkan banyak orang. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi pemilih tidak selalu mengikuti preferensi sang pegiat media sosial.
Polling tersebut mencerminkan dinamika dukungan politik di media sosial dan dapat menjadi sorotan untuk melihat perkembangan opini publik dalam menghadapi Pemilihan Presiden berikutnya. Meskipun polling ini hanya mencerminkan opini di platform Twitter dan bukan hasil resmi dari pemilihan, tetapi tetap menarik untuk diamati sebagai indikator sebagian pemikiran masyarakat.
Demi keseimbangan berita dan keakuratan informasi, perlu dicatat bahwa polling di media sosial tidak dapat dianggap sebagai representasi akurat dari keseluruhan preferensi pemilih dan seharusnya tidak dijadikan satu-satunya dasar keputusan politik.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano